Friday 16 May 2014

KHARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FASE ANAK USIA SEKOLAH DASAR DARI ASPEK SOSIAL, EMOSI DAN KESADARAN KEAGAMAAN

MAKALAH
KHARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FASE ANAK USIA SEKOLAH DASAR
DARI ASPEK SOSIAL, EMOSI DAN KESADARAN KEAGAMAAN

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu :
Dr. Tri Suminar, M.Pd
Disusun Oleh:

BAMBANG SUJARWO                       ( 0103513081 )
FARINKA NURRAHMA AZIZAH      ( 0103513071)


PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG



Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas cucuran kemudahan dan keluasan pikiran yang diberikan-Nya atas selesainya makalah ini. Melalui makalah ini, kami berharap akan menambah pengetahuan dan kemantapan hati pada perjalanan menempuh magister PGSD di Pascasarjana UNNES ini. Lebih khusus terhadap Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik di semesster II ini. Dan bersyukurlah bila ada seklumit manfaat bagi rekan-rekan pembaca.

Kami  akan merasa tersanjung jika dalam penulisan ini akan ada penyempurnaan dari pembaca. Karena dengan begitulah makalah kami ini akan menjadi sesuatau yang lebih baik, dan guna kesempurnaan pada makalah kami yang selanjutnya. Berikutnya kami berharap semoga makalah ini dapat menghantarkan kesempurnaan bagi kita Amin...

Akhir ucap kami selaku penyusun tak hentinya melantunkan terimakasih dan terimakasih atas kesediaan pembaca meluangkan waktu untuk berkutat dengan makalah kami.


Wassalamu’allaikum Wr. Wb.


Semarang, April  2014

Penyusun,



            BAB I            

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SatuanPendidikan Dasar (Tahun 2013 Semester I&II) dijelaskan bahwa “TujuanPendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri danmengikuti pendidikan lebih lanjut.”
Pendidikan dasar adalah tonggak awal siswa dalam merengkuh ketahuannya di ruang formal. Walaupun sebenar-benarnya lingkungan keluargalah sebagai akar dari ketahuan siswa tersebut. Anak yang berada di usia  Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama adalah anak yang berada pada rentangan usia kritis. Masa usia ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Membekali peserta didik agar cerdas secara intelektual pengetahuan sosial, emosi dan kesadaran keagamaan merupakan peran guru di sekolah. Maka guru sebagai pengajar maupun pendidik memiliki peran besar terhadap siswa dan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan itu guru juga harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Rita eka izzaty, dkk dalam bukunya Pekembangan Peserta Didik (2008;8) menyebutkan bahwa perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Seorang anak yang berada dalam kesehatan fisik dan emosional yang baik dan terbuka pada berbagai pengalaman sosial, akan mampu belajar lebih dari pada anak yang berada pada situasi sebaliknya.

1.      Apa itu perkembangan fase anak usia sekolah dasar?;
2.      Bagaimana kharakteristik perkembangan fase anak usia sekolah dasar dari aspek sosial?;
3.      Bagaimana kharakteristik perkembangan fase anak usia sekolah dasar dari aspek emosi?;  dan
4.      Bagaimana kharakteristik perkembangan fase anak usia sekolah dasar dari aspek keagamaan?.









A.    Perkembangan Fase Anak Usia Sekolah Dasar
Dalam pengkajian perkembangan ada dua istilah yang patut dibedakan, pertama yaitu pertumbuhan (growth), dan yang kedua adalah istilah perkembangan (development). Istilah pertumbuhan digunakan kepada perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif) dan berkaitan dengan sifat fisik. Misalnya; ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang, dsb. Sedangkan istilah perkembangan dititik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), berkaitan dengan pematangan fungsi organ tubuh. Misalnya bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, contohnya dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual, dan perilaku.
Masa usia sekolah atau masa sekolah dasar seringkali dalam ilmu perkembangan disebut sebagi masa kanak-kanak  akhir. Masa ini dialami pada anak usia 6 tahun sampai masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar.
Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman baru yang menuntun anak untuk mengadakan penyesuaian lingkungan sekolah. Pengalaman siswa masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi kehidupan anak sehingga mengakibatkan perubahan dalam bersikap, nilai dan perilaku. Pada awal masuk sekolah sebagian anak mengalami ganguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah.
Menurut piaget (Izzati Rita Eka, Dkk 2008;119) masa ini berada dalam tahap operasi konkret, dimana konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret, mampu memecahkan masalah-masalah yang aktual, mampu berfikir logis. Berkurang rasa egonya, menerima pandangan orang lain, materi pembicaraan lebih ditujukan kepada orang lain. Anak berfikir induktif, (khusus-umum). Memiliki konsep yang lebih baik mengenai konsep ruang, sebab akibat, kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Anak mulai memahami jarak, hubungan antara sebab dan akibat yang ditimbulkan, kemampuan mengelompokan benda berdasarkan kriteria tertentu, dan menghitung. Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek.

B.     Kharakteristik Perkembangan Fase Anak Usia Sekolah Dasar dari Aspek Emosi
      Kata emosi berasal dari bahasa latin emovere, yang berarti bergerak menjauh.  Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi, pada dasarnya dalah dorongan untuk bertindak. Tingkah laku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan senang atau tidak senang. Beberapa contoh emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, benci, dll.
Emosi pada anak memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.  Seorang anak dengan kondisi keluarga yang kurang atau tidak bahagia, rasa rendah diri, memungkinkan terjadinya tekanan perasaan atau emosi.
Misalnya saja; takut, amarah, cemburu, irihati, emosi ini sering disebut emosi yang tidak menyenangkan atau “unpleasant emotion”, yaitu emosi yang merugikan anak. Sedangkan emosi yang tidak saja membantu perkembangan anak tetapi sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi perkembangan anak adalah emosi yang menyenangkan atau “pleasant emotion” seperti; kasih sayang, kebahagiaan, rasa ingin tahu, dan suka cita.
Pergaulan yang semakin luas dengan teman sekolah dan teman sebaya lainnya dapat mengembangan emosi anak. Anak mulai belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh lingkungan sekitar dalam hal ini adalah teman-temannya. Anak mulai belajar mengontrol emosi yang tidak disukai seperti; marah, menyakiti perasaan teman, menakut-nakuti dan sebagainya. Hurlock dalam Rita Eka Izzaty, dkk (2008;112) menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan sebelumnya, misalnya: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Ada beberapa ciri-ciri emosi pada masa kanak-kanak, diantaranya;
1.      Emosi anak berlangsung lebih singkat (sebentar)
Berlangung hanya beberapa menit saja dan tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang nyata/ nampak, sehingga menghasilkan emosi yang pendek, tidak seperti pada orang dewasa. Emosi ini berupa; kesedihan, kemurungan, ketakutan, ketegangan, kebahagiaan, humor, dan sebagainya.
2.      Emosi anak hebat dan kuat
Hal ini nampak ketika anak : takut, marah, tertawa terbahak-bahak meskipun kemudan cepat hilang. Berbeda dengan orang dewasa yang dapat menekannnya. Misalnya meskipun sangat takut , ketakutan itu tidak begitu nampak kuat, serupa ketika mereka marah atau bergurau, marah dan tertawanya dapat dikendalikan.
3.      Emosi anak mudah berubah
Acap kali kita lihat anak yang baru saja menangis tiba-tiba tertawa atau sebaliknya, dari tertawa tiba-tiba menangis. Atau marah tiba-tiba tersenyum. Sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti emosi dalam waktu singkat.
4.      Emosi anak nampak berulang-ulang
Hal ini muncul karena anak-anak masih dalam masa perkembangan ke arah kedewasaan. Ia harus mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekitar dan situasi di luar kondisi anak. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya anak sering menangis, sering marah, sering takut, ini dilakukan dalam upayanya menstabilkan kondisi jiwanya dengan kondisi sekitarnya.
5.      Respon emosi anak berbeda-beda
Bedasarkan pengamatan terhadap anak dengan bergbagai level usia, menampakkan variasi respon emosi. Pada waktu bayi lahir, pola responya sama. Namun secara berangsur-angsur, pengalaman belajar dari lingkungannya membetuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual. Misalnya respon anak ketika diajak ke dokter, ada yang merespon dengan memperlihatkan ketakutan, biasa saja bahkan ada yang senang.
6.      Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya
Anak-anak kadang tidak memperlihatkan emosinya secara langsung, namun bisa dideteksi dari tingkah laku yang nampak pada anak tersebut, contohnya menghisap jari, sering menangis, melamun, gelisah, dan sebagainya.
7.      Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya
Kadang emosi anak terlihat begitu kuat kemudian berkurang. Dan emosi yang lain dari lemah kemudian berubah menjadi kuat. Misalnya ketika anak malu-malu di tempat atau di depan orang yang masih asing. Kemudian ketika sudah merasa tidak asing lagi rasa malunya akan berkurang dah bahkan menghilang.
8.      Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional
Anak-anak memperlihatkan keinginannya yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Dia tidak akan mempertimbangkan bahwa hal tersebut dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Bila keinginan tersebut tidak terpenuhi akan timbul kemarahan. Misalnya ketika seorang ingin mandi padahal kondisi badanya tidak memungkinkan untuk mandi, atau ketika anak menginginkan mainan yang harganya diluar jangkauan orang tuanya, ataupun ketika seorang anak tersebut menginginkan mainan yang dimiliki oleh anak lain dan anak lain tidak memperbolehkannya untuk memiliki atau meminjamkannya. Sebaliknya jika ia merasa senang, bahagia, tanpa melihat waktu dan tempat tiba-tiba saja akan meluapkannya. Misalnya dengan tersenyum, tertawa, tersipu-sipu, meskipun orang lain kadang-kadang tidak mengerti dan mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh anak tersebut.

C.    Kharakteristik Perkembangan Fase Anak Usia Sekolah Dasar dari Aspek Sosial
      Menurut lewis (carapedia.com) sosial diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, dihasilkan dab ditetapkandalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahnya. Lebih sederhana lagi pengertian yang kemukakan oleh Keith Jacobs yaitu sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas


D.    Kharakteristik Perkembangan Fase Anak Usia Sekolah Dasar Dari Aspek Keagamaan



A.    Kesimpulan
      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

B.     Saran
     Berdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi agar upaya dan usaha yang menjadi program dalam pendidikan dasar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


Daftar Pustaka
Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Zusnani, Ida. 2013. Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP. Yogyakarta: Tugu.







No comments:

Post a Comment