Friday 16 May 2014

ANALISIS BUTIR SOAL


ANALISIS BUTIR SOAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Assesmen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu :
Dr. Ali Sunarso, M.Pd


Disusun Oleh :

MASKURI                                                    NIM 0103513087
                        ISTI MARYANI WARDANA                    NIM 0103513066



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan umum penyusunan tes adalah untuk memperoleh tes dengan jumlah item minimum, namun dapat menghasilkan skor pengukuran dengan tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi. Oleh karena itu, setelah item ditulis sesuai dengan kaidah penulisan tes yang baik dan sesuai dengan kisi-kisi yang direncanakan, yang secara teoritik tes tersebut sudah baik. Sehingga, perlu untuk dilakukan pengujian empirik. Pengujian item tes secara empirik inilah yang disebut sebagai analisis item tes.
Analisis (item analysis) soal berkaitan dengan proses mengumpulkan, meringkas, dan menggunakan informasi tentang tiap butir soal tes, terutama informasi tentang jawaban siswa terhadap butir soal tersebut. Analisis soal untuk tes standar berbeda dengan analisis soal untuk tes buatan guru. Yang lebih diperlukan dikelas adalah analisis soal untuk tes buatan guru. Dengan pengertian demikian, maka yang perlu diketahui mengenai kualitas soal dengan analisis itu adalah tingkat kesukarannya, daya pembedanya, pola jawaban soal, dan hubungan tiap butir soal dengan skor keseluruhan.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian analisis butis soal tersebut?
2.     Apa saja Teknik penganalisisan item tes hasil belajar?
3.     Manfaat dari analisis butir soal atau item tes buatan guru?









BAB II
PEMBAHASAN


A.      PENGERTIAN ANALISIS BUTIR SOAL

       Analisis butir soal (item) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan perhitungan dan pengukuran respons subjek terhadap suatu item (Crocker & Algina,1986).  Analisis   tes   adalah   salah   satu   kegiatan   dalam   rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu  keseluruhan  tes  maupun  mutu  tiap  buutir  soal/tugas Analisis dilakukan setelah tes disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan hasilnya  menjadi  umpan  balik  untuk  perbaikan/peningkatan  mutu  tes bersangkutan. Oleh karena itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan dalam keseluruhan proses mengkonstruksi tes.
Secara umum, analisis item bertujuan untuk menentukan apakah suatu item merupakan item yang baik atau buruk sebagai suatu alat ukur, sehingga memungkinkan kita untuk memperpendek atau memperpanjang suatu tes sekaligus meningkatkan validitas dan reliabilitasnya. Analisis item dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1.      Analisis Butir Soal Secara Kualitatif
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan atau diujikan. Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan secara kualitatif mencakup aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli.
Sedangkan teknik panel adalah teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya adalah materi, kontruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban. Caranya beberapa penelaah diberikan beberapa butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penelaahan.  
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif penggunaan format penelaahan soal akan membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal: constructed response, selected response, tes perbuatan dan instrumen non tes.
2.      Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah kemampuannya. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.
 Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern.Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Pada teori tes klasik, analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan item dalam suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item sangat tergantung pada kelompok dimana diujicobakan sehingga kualitas item terikat pada sampel responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample bounded).Ada beberapa kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, sederhana, familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer dan dapat menggunakan beberapa data dari peserta tes.
Analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau item response theory. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa.
Teori ini muncul karena adanya beberapa keterbatasan pada analisis secara klasik, yaitu:
a.       Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah true score. Artinya, jika suatu tes sulit maka tingkat kemampuan peserta tes akan rendah.sebaliknya, jika suatu tes mudah maka tingkat kemampuan peserta tes tinggi.
b.      Tingkat kesukaran butir soal didefinisikan sebagai proporsi peserta tes yang menjawab benar. Mudah atau sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta tes.
c.       Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas tes tergantung pada kondisi peserta tes.
B.  TEKNIK PENGANALISISAN ITEM TES HASIL BELAJAR
a.        Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat dilihat dari derajat kesukaran atau taraf  kesulitan yang dimiliki masing-masing butir item. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat  kesukaran item itu dikenal dengan difficulty index, yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari proportion. Menurut Witherington , angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, indek kesukaran itu paling rendah adalah 0,00, dan yang paling tinggi adalah 1,00. Angka indek kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh




Rumusan mencari indeks kesukaran menurut Daryanto (2005,180) adalah :

Atau
Dengan
P = Indeks kesukaaran/kesulitan
B = Banyak siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Contoh :
Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang.dari 40 orang siswa tersebut 12 orang dapat mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka indeks kesukarannya adalah:
Indeks Kesukaran (P) =
Berarti soal ini berada dalam kategori sedang
Berdasarkan ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
- soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
- soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
- soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran. Kegunaannyabagi guru adalah: (1)sebagai pengenalan konsep terhadappembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasilbelajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanankurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapunkegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalankonsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tandaterhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c)memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanyabutir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan datasoal.Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkatkesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butirdapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhibentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasiantarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisienalfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi antar soal, semakin tinggireliabilitas.
b.    Teknik Analisis Daya Pembeda Item
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1)    Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2)   Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
            Indek diskriminasi item itu pada umumnya diberi lambang dengan huruf D, dan seperti halnya angka  indek kesukaran item , maka indek diskriminasi item ini besarannya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Namun antara keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu: jika indek kesukaran item tidak mungkin memiliki angka minus maka dalam  indek daya pembeda dapat bertanda minus.
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa kemampuan tinggi dan siswa kemampuan rendah, maka soal itu tidak baik karena tidak punya daya pembeda. Demikian juga jika semua kelompok bawah menjawab salah dan siswa berkemampuan tinggi juga sama-sama menjawab salah, maka soal itu tidak mempunyai daya beda sama sekali. Cara menentukan daya pembeda ( nilai D )
Cara menentukan daya pembeda ( nilai D )yaitu perlu dibedakan antara kelompok kecil ( kurang dari 100 ) dan kelompok besar ( 100 orang ke atas ).
a.     Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil dua kutub saja yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27 % skor terbawahsebagai kelompok bawah ( JB)
b.      Untuk kelompok kecil
Seluruh kelompok tes di bagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh :
SISWA
SKOR
A
9
B
8
C
7
D
7
E
6
F
5
G
5
H
4
I
4
J
3

Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai kepada skor terendah, lalu di bagi dua.


Rumus Mencari Daya Pembeda menurut Daryanto ( 2005, 186) yaitu :
Dimana :
D     = Daya pembeda
J      = jumlah peserta tes
JA   = banyak peserta kelompok atas
JB   = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB  = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA  = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( ingat P sebagai indeks kesukaran )
PB   = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang siswa, didapat skor sebagai berikut :
A = 5                F = 6                           K = 7                              P = 3
B = 7               G = 6                            L = 5                            Q = 8
C = 8               H = 6                           M = 3                             R = 8
D = 5                I = 8                           N = 7                              S = 6
E = 10              J = 7                           O = 9                             T = 6
Dari angka yang belum teratur tersebut kemudian dibuat urutan penyebaran, dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

Uraian  ini menunjukkan adanya kelompok atas ( JA) dan kelompok bawah ( JB).
Pada uraian di atas dapat ditunjukkan kelompok A dan B. Dan hal ini mempermudah menentukan BA dan BB.
Dimana
BA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas A dan
BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah B
Seperti yang diketahui, soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara anak berkemampuan tinggi dengan anak berkemampuan rendah, dilihat dari dapat atau tidaknya ia mengerjakan soal tes.
Bila diperhatikan tabel diatas, dilihat khusus untuk butir soal no satu, dari kelompok atas yang menjawab benar adalah 9 orang, dari kelompok bawah yang menjawab betul adalah 3 orang. Dan diterapkan rumus daya pembeda maka :
JA        = 10                                                     JB        = 10
                               PA  = 0,9                                                      PB = 0,2
BA      = 9                                                       BB       = 2
Maka D = PA – PB
              = 0,9 – 0,2  = 0,7
Dengan demikian maka indeks diskriminasi untuk soal no 1 adalah 0,7

Sekarang pembuktian untuk butir  soal no 8
JA        = 10                                                     JB        = 10
                               PA  = 0,8                                                      PB = 0,9
BA      = 8                                                       BB       = 9

Maka D = PA – PB
              = 0,8 – 0,9  = - 0,1
Butir soal yang baik adalah butir – butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7

Bentuk soal ini termasuk jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah dibandingkan dengan jawaban benar dari kelompok atas.



Klasifikasi daya pembeda yaitu ;
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,20 – 0,40 : cukup
D = 0,40 – 0,70 : baik
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali
c.         Teknik Analisis Fungsi Distraktor
Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk pilihan ganda, item telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif tesebut telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban  atau yang dikenal dengan alternatif. Altenatif jawaban itu jumlahnya berkisar antara 3 - 5 buah, dan dari kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item terpasang sebuah jawaban dan sisanya sebagai pengecoh (disrtactor).
Bagaimana cara distractor dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kelajiman yang berlaku dalam dunia evaluasi hasil belajar ialah, bahwa distractor itu sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% peserta tes. Berikut cara menganalisis fungsi distractor:
Dari sebuah item soal yang dilengkapi dengan altenatif jawaban A, B, C, D, dan E di ikuti oleh 20 peserta tes, dengan hasil sebagai berikut:
Item soal
Alternatif jawaban
keterangan
A
B
C
D
E
1
5
1
8
6
0
C (kunci jawaban)
Dari data diatas dapat kita berikan sebuah kesimpulan yaitu:
·         Pengecoh A dipilih oleh 5 orang teste yang berarti:
5/20X 100%=25%, pengecoh sudah berjalan dengan baik karena telah melebihi 5%.
·         Pengecoh B dipilih oleh 1 orang testee yang berarti :
1/20X100%= 5%, pengecoh sudah berjalan karena telah mencapai 5%
·         Pengecoh D dipilih oleh 4 orang testee yang berarti:
6/20X100%= 30%, pengecoh berjalan dengan baik karena telah melebihi 5%.
·         Pengecoh E tidak dipilih oleh peserta testee yang berarti: 0/20X100%= 0, pengecoh tidak berjalan
C.  MANFAAT ANALISIS ITEM ATAU SOAL BUATAN GURU
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari analisis soal buatan guru:
1.      Menetukan apakah butir soal berfungsi tepat seperti yang dimaksudkan oleh guru. Untuk menentukan apakah butir soal telah berfungsi semestinya, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut, diantanranya adalah:
a.         Apakah tes itu ditujukan untuk mengukur pencapaian tujuan instruksional yang dimaksudkan?
b.         Apakah tes itu mempunyai tingkat kesukaran yang memadai?
c.         Apakah kunci jawaban telah betul?
d.        Apakah distraktor berfungsi?
2.      Umpan balik bagi siswa mengenai penampilannya dan merupakan dasar untuk diskusi kelas.
3.      Umpan balik bagi guru tentang kesulitan belajar bagi siswa.
4.      Bidang- bidang kurikulum yang memerlukan perbaikan.
5.      Perbaikan butir soal.
6.      Meningkatkan ketrampilan penulisan soal
7.      Dapat membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan.
8.      Mendukung penulisan butir soal yang efektif.
9.      Meningkatkan validitas soal dan realibilitas (Anastasi dan Urbina, 1997: 172).
Berbagai uraian diatas menunjukkan bahwa analisis butir soal memberikan manfaat: (1) menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi denganbaik; (2) meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkatan kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal; (3) merevisi soalyang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.














BAB III
PENUTUP

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyakinkan bahwa bahwa butir-butir soal tersebut bermutu dan memenuhi kriteria yang ditentukan. Kriteria atau karakteristik yang baik adalah yang berkaitan dengan tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Analisis butir soal dapat dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Ada beberapa manfaat dari analisis soal buatan guru: (1) menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi denganbaik; (2) meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkatan kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal; (3) merevisi soalyang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah selanjutnya lebih baik. Semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan memberi manfaat bagi kita semua. Amin








DAFTAR PUSTAKA
___________. 2013.AnalisisButir Soal .[Online].Tersedia:
___________. 2013.     Analisis Butir Soal .[Online].Tersedia:
Arikunto Suharsimi,2013.Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta: Bumi Angkasa
Sudaryono,2012. Dasar – dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Graha Ilmu.












No comments:

Post a Comment