Monday, 31 March 2014

LINK BANK SOAL SD

Link untuk download kisi-kisi + soal ulangan, dari Ulangan Harian, Ulangan Akhir Semester I, Ulangan Kenaikan Kelas, TKD sampai Ujian, tinggal pilih dan sesuaikan kebutuhan ;

  1. http://sdn-medangasem03.blogspot.com/2010/09/kisi-kisi-soal-uts-matematika-sd-kelas.html
  2. http://www.sekolahdasar.net/2012/12/kumpulan-soal-uas-matematika-kelas-1-6.html
  3. http://kumpulansoalsdn.blogspot.com/search/label/KELAS%202%20SD

Cara Menyusun Daftar Pustaka

Ini beberapa cara menyusun daftar pustaka dari berbagai sumber; cekidot dot dott...


Pengertian Daftar Pustaka (Bibliografi) 

Menurut Gorys Keraf (1997:213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam, bibliografi mungkin tidak penting artinya. Tetapi bagi seorang sarjana, seorang calon sarjana atau seorang cendekiawan, daftar kepustakaan itu merupakan suatu hal yang sangat penting. 

Melalui daftar kepustakaan yang disertakan pada akhir tulisan itu, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.


Unsur-Unsur Bibliografi 

Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan bibiografi itu, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah: 
(1) Nama pengarang
(2) Judul Buku 
(3) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa, nomor jilid, dll. 
(4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.


Bentuk Bibliografi 

Cara penyusunan bibliografi tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun bibliografi untuk buku agak berlainan dengan majalah, dan majalah agak berlainan dengan surat kabar, serta semuanya berbeda pula dengan cara menyusun bibliografi yang terdiri dan manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis kepustakaan itu, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi.

Petunjuk umum penulisan daftar pustaka adalah :
a. Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir karya tulis di halaman tersendiri.
b. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
c. Nama penulis diurutkan secara alfabetis, setelah nama dibalik (kecuali nama Tionghoa atau yang terdiri satu kata).
d. Tiap sumber bacaan ditulis dengan jarak spasi rapat.
e. Jarak antarsumber bacaan yang satu dengan yang lain ditulis dangan jarak dua spasi.
f. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap sumber harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997:222).

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
1) Nama Pengarang.
a. Penulisan nama pengarang sebuah buku dengan seorang pengarang.
- Nama Pengarang hanya terdiri dari satu kata tidak dibalik.
- Nama pengarang lebih dari satu kata, maka nama terakhir ditulis lebih dulu kemudian diikuti nama pertama, kemudian data publikasi buku.
- Nama-nama asing banyak yang ditulis menyimpang dari aturan lazim yang berlaku. Contoh penulisan nama asing yang benar adalah:
Nama Cina : Tan May Lie ditulis Tan M.L
Nama Vietnam : Nguyen Cao Ky ditulis Nguyen-Cao-Ky
Nama Hongaria : Farkas Karoly ditulis Karoly, Farkas
Nama India : B.C. Das Gupta ditulis Das Gupta, B.C.
Nama Perancis : V. du Barry ditulis du Barry, V.
Nama Belanda : N.M. van Straalen ditulis Van Straalen, N.M.
Nama Jerman : Carl von Schmidt ditulis Von Schmidt, C.
Nama Arab : Ali Abdul Aziz ditulis Abdul Aziz, Ali
Nama Anglo Saxon : John Doe, Sr. Ditulis Doe J, Sr.
- Penulisan nama tidak memakai gelar akademis, seperti Prof. Dr. Ir. atau M.Sc atau pangkat kemiliteran: Jenderal, Laksamana, atau sebutan lain seperti Presiden, Menteri, dan sebagainya.
- Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, nama komisi atau lembaga itu dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
- Jika tidak ada nama pengarang, dapat diganti dengan “Anonim” atau “_____” dan diurutkan berdasarkan judul buku.
Contoh :

Depdikbud. 1988. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia I untuk SMU. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

b. Penulisan nama pengarang dari buku dengan dua atau tiga pengarang.
- Nama pengarang kedua tidak dibalikkan. Dalam hal-hal lain ketentuannya sama dengan nomor a.
- Urutan nama pengarang harus sesuai dengan yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh ada perubahan urutan.
Contoh :

Oliver, Robert T. and Rupert L. Cortright. 1958. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.

c. Penulisan nama pengarang dari buku dengan banyak pengarang (tiga pengarang atau lebih).
- Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
- Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya, digunakan singkatan dkk.
Contoh :

Karso, dkk. 1994. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Bandung: Angkasa.


2) Tahun Terbit.
Tahun terbit ditulis sesudah nama pengarang, dipisahkan dengan tanda titik.

3) Judul Buku.
Judul buku harus digarisbawahi atau dicetak miring. Setiap huruf awal dari kata yang merupakan bagian dari judul buku diketik dengan huruf kapital, kecuali kata depan dan konjungsi.

4) Tempat Terbit.
Tempat terbit ditulis sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda titik.

5) Penerbit.
Nama penerbit ditulis sesudah tempat terbit, dipisahkan dengan tanda titik dua (:) dan diakhiri dengan tanda titik.

6) Penulisan data pustaka dari buku yang pada edisi berikutnya mengalami perubahan.
a. Jika buku yang digunakan sebagai acuan mengalami perubahan pada edisi-edisi berikutnya, biasanya ditambah keterangan rev. ed. (revise edition=edisi yang diperbaiki) di belakang judul buku. Keterangan mengenai edisi yang diperbaiki ini bisa tidak ditulis, asal disebutkan periode pencetakannya. Keterangan mengenai cetakan dipisahkan dengan tanda titik.
b. Tahun penerbitan yang harus ditulis adalah tahun cetakan dari buku yang dipakai.
Contoh :

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Cet. ke-3. Yogyakarta: Karyono.

Gleason, H.A. 1961. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed. New York: Holt. Rinehart and Winston.

7) Penulisan data pustaka dari buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih.
a. Angka jilid ditempatkan sesudah judul, dipisahkan dengan tanda titik dan selalu disingkat.
b. Untuk penerbitan Indonesia biasa digunakan singkatan Jil. atau Jld.
Contoh :

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. 2 Jil. Yogyakarta: Kanisius.

8) Penulisan daftar pustaka dari edisi karya seorang pengarang atau lebih.
a. Jika editornya lebih dari satu orang, cara penulisannya sama dengan cara penulisan nama pengarang dari buku dengan dua, tiga atau banyak pengarang. Selain itu dapat juga ditulis dengan eds.
b. Ada juga kebiasaan lain yang menempatkan singkatan editor di dalam tanda kurung (ed).
Contoh :

Ali, Lukman. ed. 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung.

9) Penulisan daftar pustaka dari sekumpulan Bunga Rampai atau Antologi.
Contoh :

Jassin, H.B. ed. 1969. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 Jil. Jakarta: Balai Pustaka.

10) Penulisan daftar pustaka dari sebuah terjemahan.
a. Nama pengarang asli diurutkan dalam daftar urutan alfabetis.
b. Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh :

Multatuli. 1972. Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B Jassin. Jakarta: Djambatan.

11) Penulisan daftar pustaka dari artikel majalah.
a. Judul artikel ditulis dalam tanda kutip dan dipisahkan dari nama majalah yang dicetak miring.
b. Tidak ada tempat publikasi dari penerbit, tetapi nomor jilid, tanggal dan nomor halaman harus dicantumkan.
Contoh :

Soebadio, H. ”Penggunaan Bahasa Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru”. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), 47 – 48.

12) Penulisan daftar pustaka dari artikel surat kabar.
a. Judul artikel ditulis dalam tanda kutip.
b. Nama surat kabar dicetak miring.
Contoh :

Arman, S.A. ”Sekali Lagi Teroris”, Kompas, 19 Januari, 1973, hlm. 5.

13) Penulisan data pustaka dari tesis atau disertasi yang belum diterbitkan.
a. Tesis, skripsi, atau disertasi yang belum diterbitkan diperlakukan sebagai artikel sehingga ditulis dalam tanda kutip.
b. Data publikasi yang harus dicantumkan, yaitu jenis karya ilmiah (skripsi, tesis atau disertasi), nama fakultas dan universitas, tempat dan tahun pembuatan.
Contoh :

Parera, Jos Daniel. ”Fonologi Bahasa Gorontalo”, Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964.

Hartoko, A. ”Pemetaan Dinamis Ekosistem Ikan Pelagis Melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografis di Perairan Laut Indonesia”. Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1999.

Rais, J. “A Comparison of The Projective and The Development Methods for Computing The Best Fitting Ellipsoid”. M.Sc.Thesis Ohio State University, Columbus, USA, 1969.

14) Penulisan daftar pustaka dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden.
Karena yang bertanggungjawab terhadap dokumen-dokumen ini adalah negara, maka dapat ditulis Republik Indonesia, atau Pemerintah Indonesia, Government of Indonesia atau Indonesia saja.
Contoh :

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 60. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 1972. Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1972 tentang Perizinan Penerbangan Dalam dan Atas Wilayah Republik Indonesia. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

15) Penulisan daftar pustaka dari artikel dalam ensiklopedi
a. Judul artikel selalu ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
b. Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip.
Contoh :

Wright, JT. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopedia of Linguistics, Information and Control, (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 – 251.

16) Penulisan daftar pustaka dari internet.
Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
a. Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah :
- Nama pengarang
- Tanggal revisi terakhir
- Judul
- Media yang memuat
- URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file
- Tanggal akses
b. Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut :
- Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online.
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatan resminya), nomor, volume, halaman dan alamat website. Nama majalah online harus ditulis miring.
- Artikel umum dari internet dengan nama.
Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …). Judul artikel harus ditulis miring.
- Artikel umum dari internet tanpa nama.
Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …). “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.
Contoh:

Hermans, B. 2000. Desperately Seeking: Helping Hands and Human Touch, [online], (http://www.hermans.org/agents2/ch3_1_2.htm, diakses tanggal 25 Juli 2008 ).

Hartati, Dwi. ____. Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id, diakses tanggal 17 September 2008).

Winarko, E. _____. Penulisan Sitasi pada Karya Ilmiah, [pdf], (http://ewinarko.staff.ugm.ac.id/metopen/modul6-daftarpustaka.pdf, diakses tanggal 17 September 2008 ).

2.2.4. Macam-Macam Bibliografi

a. Buku-buku dasar : buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu. 
b. Buku-buku khusus : yaitu buku-buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap. 
c. Buku-buku pelengkap : buku-buku yang topiknya lain dari topik yang digarap penulis.


2.2.5. Penyusunan Bibliografi 

Untuk menyusun sebuah daftar pustaka, perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut : 
a. Nama pengarang diurutkan menurut alfabet.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet. 
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan. 
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap sumber harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997:222).


REFERENSI

Akhmadi, Heru. 2008. Penulisan Referensi/Daftar Pustaka Pada Thesis atau Laporan Ilmiah Lainnya, [online], (muhammadheru.blogspot.com, diakses tanggal 14 Maret 2009).

Hartati, Dwi. _____. Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id).

Rais, Jacub. _____. Tata Cara Penulisan Baku Daftar Acuan (References) dan Daftar Pustaka (Bibliography) Dalam Makalah Ilmiah, Tesis, Disertasi, [pdf], (www.google.co.id).

______. _____. Bab XI Daftar Pustaka dan Catatan Kaki, [pdf], (www.google.co.id).

Therik, Wilson M.A. _____. Hal Teknis Sekitar Penulisan Makalah/Skripsi, [pdf], (www.google.co.id). 

Tim Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Monday, 24 March 2014

DRAF TUGAS ASESSMEN

Yang dikasih contoh sama Bapak Dosen kan kayak gini;


















Tapi menurut ane yang bener susunan dari tugas Asessmen kaya gini;

  1. Semester 1
    1. Formatif ke 1
      1. Kisi-kisi
      2. Soal
      3. Kunci Jawaban
      4. Lebar Jawab (min 20 siswa)
    2. Formatif ke.... dst
      1. Kisi-kisi
      2. Soal
      3. Kunci Jawaban
      4. Lebar Jawab (min 20 siswa)
    3. UTS/ MID
      1. Kisi-kisi
      2. Soal
      3. Kunci Jawaban
      4. Lebar Jawab (min 20 siswa)
    4. Formatif ke ....dst
      1. Kisi-kisi
      2. Soal
      3. Kunci Jawaban
      4. Lebar Jawab (min 20 siswa)
    5. UAS I
      1. Kisi-kisi
      2. Soal
      3. Kunci Jawaban
      4. Lebar Jawab (min 20 siswa)
  2. Semester 2
    1. sama kayak diatas
He7x.. link download formatnya baru jadi yang kayak gini

Friday, 21 March 2014

Produktivitas Paper Indonesia


Jika kita lihat data pada grafik diatas tentang jumlah paper yang diterbitkan setiap tahunnya, maka kita mungkin mengatakan produktivitas paper Indonesia sangat memperihatinkan, karena dari grafik diatas, grafik Indonesia sama sekali tidak tampak. Namun, tunggu dulu, grafik di atas adalah perbandingan produktivitas paper Indonesia dengan Negara – Negara maju dunia. Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan Negara – Negara ESEAN.
Ternyata jika dibandingkan dengan Negara ASEAN tetangga kita, yaitu Malaysia, Singapore, dan Thailand Indonesia juga masih ketinggalan. Menurut data dari sumber yang sama dengan kedua grafik diatas,www.scimagojr.com, pada tahun 2011 negara yang menghasilkan jumlah paper terbayak adalah US, disusul kemudian China, Inggris, Jerman, dan Jepang, inilah 5 besar Negara penghasil paper terbanyak.
Dimanakah posisi Indonesia?  Pada data tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke- 56 dunia. Sedangkan Negara ASEAN sendiri, jumlah paper terbanyak pada tahun 2011 berikut urutannya : Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, Vietnem, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Brunei Darusalam. Jika dilihat rangking ASEN ini kita bisa agak berpuas karena Indonesia masih berada pada urutan keempat. Akan tetapi, coba perhitungkan jumlah penduduk yang ada di masing – masing Negara juga. Jumlah penduduk terbanyak di anatara Negara ASEAN adalah Indonesia, seharusnya jumlah paper terbanyak Indonesia. Singapura ,Negara pulau kecil  itu bahkan bisa menggungguli Indonesia dalam hal jumlah paper. Ini membuktikan produktivitas paper Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan.
referensi : www.scimagojr.com

PEMBAGIAN KELOMPOK KAJIAN KURIKULUM

PEMBAGIAN KELOMPOK
 KAJIAN KURIKULUM

NO
NAMA
MATERI
1
BETTY, TITIK, NITA, ASIH
SUB TEMA  3
2
TATANG, WIWIK, UMI
SUB TEMA 4
3
DIAN, INDIRA, NISYA, LILIK
SUB TEMA 2
4
ANGGIT, SINGGANG, BAMBANG, MASKURI
SUB TEMA 4
5
FARINKA, FATUR, TEGUH
SUB TEMA 3
6
BEKTI, NOVI, RINDANG, ISTI
SUB TEMA 2

1. Empat Model Kurikulum

Ini Presentasi Materi pertama empat Model kurikulum yang di suguhkan oleh Saudari Isti Maryani, Sutriasih, dan Titik Sumeri






EMPAT MODEL KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Sarwi, M.Si. & Dr. Mulyono, M.Si


Oleh

Titik Sumeri                         NIM 0103513059
Sutriasih                              NIM 0103513033
Isti Maryani                          NIM 0103513066

                                               

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI PGSD
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. 
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum Depdiknas yang meliputi melakukan layanan profesional, menyusun model-model  kurikulum, dan melakukan kajian kebijakan kurikulum. Dalam dunia pendidikan dibutuhkan kurikulum yang membantu dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional. Berbagai model jenis kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Hal ini perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan.
Pemilihan suatu model kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan yang digunakan. Ada empat konsep kurikulum. 
Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial dan dan dari teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis. Sedangkan sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia perlu juga kita ketahui mulai dari kurikulum 1964 sampai kurikulum 2013. Dari hal tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah empat  model konsep kurikulum ?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia?
















BAB II PEMBAHASAN

A. Empat Model Konsep Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan  pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam  kurikulum  terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan dan perbuatan pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Untuk mengetahui lebih jauh berikut kami paparkan empat model konsep kurikulum.
1.     Kurikulum Subjek Akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang,  walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnyasekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Mengapa demikian?, kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lain.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah  orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu, sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli.
Jerome Brunner dalam The process of Education menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus diadasarkan pada pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya dan yang memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu.
Ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan stuktur pengetahuan, yang kedua adalah studi yang bersifat integratif, dalam hal ini mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated kurikulum), dan pendekatan yang ketiga adalah pendekatan yang dilaksanakan sekolah-sekolah fundamentalis.
a.     Ciri-ciri kurikulum subjek akademis
Kurikulum subjek akademik mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.
-       Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid dan melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
-       Metode yang digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.
-       organisasi isi dalam kurikulum subjek akademis menggunakan pola-pola organisasi : correlated curriculum, unified atau concentrated curiiculum, integrated curriculum, dan problem solving curriculum.
-       Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi yang bervariasi yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
b.     Pemilihan disiplin ilmu
Masalah besar yang dihadapi para pengembang subkjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu :
-       Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
-       Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility).
-       Menekankan pengetahuan dasar.
c.     Penyesuaian mata pelajaran dengan kebutuhan anak
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal, mereka mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.

2.     Kurikulum Humanistik
a.     Konsep dasar
Kurikulum humanistik deikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan JJ Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan  satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Ada beberapa aliran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan hunamistik, yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern. Penjabaran dari ketiga hal tesebuta adalah sebagai berikut.
-       Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.
-       Kritikisme bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan merupakan upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal.
-       Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi, dsb.
b.     Kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan segi-segi kognitif (pengetahuan). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif. Menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan , dan nilaim yang harus dimiliki murid-murid. Kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat dipilih murid-murid dalam proses bersikap, berperasaan dan memberi pertimbangan nilai.
c.     Ciri kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri :
-       Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama melalui berbagai bentuk kegiatan kelompok.
-       Integrasi. Melalui partisipasi dalam kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga tindakan.
-       Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat, dan kehidupan murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
-       Pribadi anak. Pendidikan ini memnberi tempat utama pada pribadi anak.
-       Tujuan. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
d.     Metode belajar konfluen
Para pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai bidang pengajaran. George Issac Brown memberikan 40 macam teknik pengajaran konfluen, di antaranya : dyas yang merupakan komunikasi yang efektif antara dua orang, fantasy body trips yang merupakan badan dan diri individu, rituals yaitu suatu kegiatan untuk menciptakan kebiasaan, kegiatan atau ritual baru.
Dalam memilih kegiatan belajar ada dua cara :
-       Menidentifikasi tema-tema atau topik-topik yang mengandung self jugment.
-       Materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open ended), tema atau isue-isue diaharapkan muncul secara spontan dari prosedur atau perlengkapan yang ada.
e.     Karakteristik kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan pendidikan bagi mereka adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat pada diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Kurikulum humanistis menuntut menuntut hubungan yang baik antara guru dan murid.Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak disenangi murid. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
Dalam evaluasi kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau pada kurikulum subjek akademis mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.  Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi siswa. Penilainnya bersifat subjektif baik dari guru maupun para siswa.
3.     Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan  bukan merupakan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini ada kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
a.     Desain kurikulum
Ciri desain kurikulum rekonstruksi sosial antara lain.
-       Asumsi. Tujuan utama kurikulum ini adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
-       Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
-       Pola-pola organisasi. Pola organisasi disusun seperti sebuah roda.
b.     Komponen kurikulum
Komponen-komponen dalam kurikulum ini adalah sebagai berikut.
-       Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
-       Metode. Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya.
-       Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
c.     Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial.
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industri mengembangkan bidang-bidang industri.
Salah satu badan yang mengembangkan baik teori maupun praktik kurikulum rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantu pengembangan daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization).
Harold G. Shane seorang profesor dari Universitas Indiana Amerika Serikat, mewakili teman-temannya para futurolog menggunakan perencanaan masa yang akan datang (future planning) sebagai dasar penyusunan kurikulum. Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecenderungan (trends) perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat.
Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinan pada kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang masalah-masalah sosial berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam pemecahan sosial juga bervariasi.

4.     Kurikulum Teknologis
Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dll. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom, dan internet.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dibidang pendidikan, berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada kesamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan pada isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).
1.     Ciri kurikulum teknologis
Ciri khusus kurikulum ini adalah sebagai berikut.
-       Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional
-       Metode. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pelaksanaan pengajaran  mengikuti langkah-langkah : penegasan tujuan, pelaksanaan pengajaran, pengetahuan tentang hasil, organisasi bahan ajar, dan evaluasi.
Program pengajaran tekologis sangat menekankan efisiensi dan efektivitas. Kurikulum ini memiliki kelebihan
-       Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali sampai standar yang diharapkan tercapai.
-       Dengan model pengajaran ini tingkat penguasaan siswa dalam standar konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain.
-       Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih berstruktur seperti pengajaran komputer, yang dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang teratur dari dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum ini juga memiliki keterbatasan dan kelemahan sebagai berikut.
-       Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang komplek atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) juga bahan ajar yang bersifat afektif.
-       Beberapa percobaan menunjukkan kemampuan siswa untuk mentransfer hasil belajar cukup rendah.
-       Pengajaran teknologis sukar untuk melayani bakat-bakat siswa belajar dengan metode-metode khusus.
-       Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh sikap mereka, bila sikapnya positif maka siswa akan berhasil, tetapi apabila sikapnya negatif tingkat penguasaannyapun relatif rendah
-       Masalah kebosanan juga berpengaruh terhadap proses belajar.
2.     Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum ini berpegang pada beberapa kriteria, yaitu : 1) Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain, 2) hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum  ini adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal.
-  formulasi, perlu dirumuskan terlebih dahulu, apakah pengembangan alat atau media itu benar-benar diperlukan.
-  spesifikasi, diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.
- prototipe, sekuens-sekuens pengajaran perlu diujicobakan dalam bentuk prototipe-prototipe , demikian juga format media dan organisasi.
- percobaan pertama, unit-unit pengajaran diujicobakan pada sejumlah sampel siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahannya.
- mencoba hasil, hasil dari pengembangan dicoba diterapkan di dalam sistem pengajaran yang berlaku. Proses pelaksanaan , hasil dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dicatat sebagai umpan balik bagi penyempurnaan selanjutnya.
2. Model Perkembangan Kurikulum di Indonesia
a. Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya. Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja. Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif) Organisasi kurikulumnya bervariasi. Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
b. Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
c. Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajaran harus memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
d. Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).

e. Kurikulum tahun 1994
Pengembangan kurikulum pada tahun 1994 bercirikan : adanya penerapan muatan lokal, adanya konsep link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara pendidikan dengan dunia kerja, serta peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
f. Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

g. Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
1. Lebih memgutamakan kemampuan
2. Menekankan bantuan alat
3. Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan       masing-masing siswa.
4. Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
h. Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
    (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.


i. Kurikulum 2013
Tema kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013 menganut pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, di kelas, dan di masyarakat. Proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Implementasi kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, menekankan penilaian berbasis proses dan hasil. Hasil penilaian harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara, dan mahkluk ciptaanTuhan YME.
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama [saintifik] melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar. Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar [siswa mencari tahu].







III. PENUTUP

A.  Simpulan

            Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial dan dan dari teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis.

     Pengembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1964 sampai dengan kurikulum 2013, yakni dari kurikulum sistem guru mengajarkan muridnya dengan sistem satu arah (guru aktif dan murid pasif), mulai pengenalan sistem semesteran bagi SMP dan SMA dan cawu bagi tingkat dasar (SD), adanya sistem wajib belajar 9 tahun, kemudian adanya sistem kurikulum berbasis kopetisi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Berbagai model kurikulum tersebut demi terwujudnya tujuan pendidikan di Indonesia yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. 

B. Saran

     Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu  administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, orang tua murid, serta tokoh masyarakat. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 201. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta
Nana Syaodih Sukmadinata, 2000, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya: Bandung,
S. Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung
Sukiman Danang. 2006. Telaah Kurikulum. Pustaka: Jakarta.
Haris Kurniawan. 2012. Model Pengembangan Kurikulum.           Retrieved 16 Maret 2014 from http://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/model-pengembangankurikulum_5.html



 kalau mau sedot here




Top of Form