Friday, 2 May 2014

MONITORING DAN EVALUASI KURIKULUM

MONITORING DAN EVALUASI KURIKULUM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu :
Dr.SARWI.M.SI

Disusun Oleh :

RINDANG PRAKASIWI                           ( 0103513019 )
BEKTI SULISTYA RINI                            ( 0103513117 )
NOFI RUKDIATMO LESTARI                ( 0103513123 )



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan.Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Makalah ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum, prinsip evaluasi kurikulum dan macam-macam model evaluasi kurikulum.
Terdapat banyak model yang dapat digunakan dalam mengevaluasi program pendidikan (pengembangan kurikulum). Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, tetapi mempunyai maksud yang sama, yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut (follow up) suatu program atau pengembangan.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud monitoring dan evaluasi kurikulum pendidikan dasar?
2.      Bagaimana cara pelaksanaan monitoring dan evaluasi kurikulum pendidikan dasar?
3.      Bagaimana peran evaluasi kurikulum pendidikan dasar?


C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi kurikulum pendidikan dasar.
2.      Untuk mengetahui cara pelaksanaan monitoring dan evaluasi kurikulum pendidikan dasar.
3.      Untuk mengetahui peran evaluasi kurikulum pendidikan dasar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Monitoring
Monitoring dan evaluasi tidak sama, tetapi keduanya memerlukan berbagai unsur dan alat yang sama, antara lain adanya sasaran-sasaran program yang jelas, target dan indikator, serta basis data yang mengandung data mutakhir. Sasaran (output, outcome, impact) perlu ditetapkan sejak awal (pada saat perencanaan), begitu pula dengan indikator dan sasaran utama. Monitoring dapat mempermudah kita dalam mengamati terus-menerus trend dan masalah, dan bila perlu melakukan penyesuaian dalam rencana implementasi atau proses pengelolaan secara tepat waktu. Bila dikaitkan dengan sistem monitoring yang kokoh, evaluasi tidak hanya dapat mengidentifikasi hasil-hasil program, tetapi juga dapat menyediakan informasi mengenai kapan, mengapa, dan bagaimana implementasi program meleset dari rencana semula dan kemudian menyajikan rekomendasi untuk mengatasi masalah itu monitoring dan evaluasi dapat dipakai mengidentifikasi dan mengatasi masalah. Monitoring dan evaluasi juga penting dalam upaya untuk merekam temuan, inovasi, hasil, dan praktik baik, untuk disebarluaskan serta dimanfaatkan pihak dan daerah lain dan juga sebagai dasar untuk “merayakan” keberhasilan. Selain itu, monitoring dan evaluasi merupakan wahana peran serta penerima manfaat program/kegiatan yang sangat efektif bila dilakukan dengan benar.
Meski ada beberapa kesamaan dan keterkaitan antara monitoring dan evaluasi, sebaiknya secara konsepsional hal itu dipahami, dirancang, serta dilaksanakan secara terpisah.Dengan demikian, sebaiknya penggunaan istilah “monev” dihindari karena merancukan antara dua hal yang berbeda. Penggunaan istilah “monitoring (atau pemantauan)” dan “evaluasi” secara terpisah akan membantu menekankan perbedaan proses, tujuan, dan kegunaan masing- masing fungsi atau proses itu.
Menurut Websterns monitoring atau pemantauan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek penampilan dan aktifitas yang dikerjakan. Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan di sekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa ang dirasakan di dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.
Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di dalam kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran utama di dalam kegiatan monitoring ini.Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana.Monitoring dilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah.

B.       Cara Pelaksanaan Monitoring.
Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan suatu proyek; kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring.
1.    Pemantaun Langsung
Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan.Agar pengumpulan informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi pengumpulan data yaitu;
a.    Mempersiapkan instrument pengumpulan data ; misalnya dengan menyiapkan daftar isi.
b.    Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.
c.    Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat informasi yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya (sesuai dengan tujuan monitoring).
Dalam pelaksanaan monitoring secara langsung ini terdaapat kelebihan dan kelemahannya, kelebihan cara ini diantaranya sebagai berikut;
·      Didapatkan data yang sesuai dengan yang dimaksudkan.
·      Data yang dikumpulakan adalah data yang relative lebih akurat karena data dikumpulkan sendiri oleh petugas monitoring dan merupakan data primer.
·      Dengan cara langsung ini petugas bukan saja mengumpulan data tetapi juga dapat memberikan saran-saran bila tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
Sedangkan kelemahan dari cara monitoring langsung ini antara kain dapat disebutkan ;
ü Memerlukan biaya yang relative besar karena bukan saja factor jarak (tranformasi) tetapi juga untuk mengirim petugas monitoring ke lokasi.
ü Memerlukan ketelitian yang lebih, sebab dengan wawancara langsung, seringkali hasilnya tidak sesuai bila petugas monitoring tidak pandai-pandai mengali data yang baikdan benar.
2.    PemantauanTidak Langsung.
Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat pimpinan pemantau.
Dalam pengembangan kurikulum, hal yang dimonitoring adalah pelaksanaan dan hasil pengembangan kurikulum tersebut, yang disertai dengan pelaporan kemajuan dan kendala dalam pengembangannya atau pelaksanaannya. Rencana Monitoring sebaiknya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1:
Tentukan kegiatan dan keluaran utama yang harus dimonitor, dalam hal ini monitoring dapat difokuskan pada hal-hal seperti metode atau bahan ajar yang telah dikembangkan, sudahkan sekolah atau guru mengembangkan metode dan bahan ajar seperti yang telah ditetapkan, apakah dalam pengembangan tersebut menghasilkan metode dan bahan ajar yang sesuai.Hal yang perlu diingat adalah jangan berusaha untuk memonitor segala aspek, yang penting memonitor apa yang telah dilakukan, keluaran apa yang dihasilkan, di mana, kapan, oleh siapa, dan untuk siapa. Kemudian, hasil monitoring itu dibandingkan dengan rencana semula, selisih antara rencana dan hasil monitoring dibuat laporannya, dan kemudian sejauh mungkin faktor-faktor penyebab perbedaan itu diidentifikasi. Tata cara penyimpanan data juga penting untuk mempermudah penyusunan laporan yang akurat dan tepat waktu. Sedapat mungkin sumber data yang telah dikumpulkan secara rutin dimanfaatkan.Ciptakan format pelaporan yang tidak terlalu rumit, dengan sebagian hasilnya disajikan secara visual/grafik.
Langkah 2:
Tentukan pihak mana yang akan melakukan monitoring dan kapan dilakukan. Sebaiknya pihak yang melakukan monitoring yang dimaksud di sini bukan pihak pengelola program langsung, untuk menjaga independensi. Dengan menganut asas partisipatif, wakil-wakil penerima manfaat program/kegiatan sedapat mungkin bersama-sama melakukan monitoring. Mengenai frekuensi, hal ini sebaiknya dilakukan paling tidak setiap enam bulan sekali untuk sebuah program jangka menengah atau jangka panjang.
Langkah 3:
Tentukan siapa saja yang akan menerima laporan hasil monitoring. Sebaiknya laporan hasil monitoring disebarkan tidak hanya pada pihak-pihak pemerintah (eksekutif dan legislatif), tetapi juga pada pihak pelaksana (misalnya: dinas pendidikan, depag, sekolah, guru), instansi pemerintah pusat serta wakil-wakil kelompok penerima manfaat untuk meminta umpan balik. Buatlah pertemuan berkala untuk meninjau kembali tingkat kemajuan serta memutuskan apakah rencana implementasi perlu disesuaikan.

C.      Evaluasi dan Kurikulum
 Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka dapatdisimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum.Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.Komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas, dan sumber-sumber belajar, dan lain-lain.

D.      Tujuan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar nasional dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik.Evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan.
Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup:
1.         Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum
2.         Indikator keberhasilan penyusunan silabus
3.         Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
4.         Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran
5.         Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar
6.         Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
Menyimak pembahasan di atas maka dapat dianalisa bahwa tujuan evaluasi kurikulum untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak setelah kurikulum itu diimplementasikan, Selain itu, evaluasi kurikulum dimaksud juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasaran kurikulum itu sendiri, termasuk penilaian apakah kurikulum itu sesuai dengan tingkat kecerdasan pelajar atau anak didik tertentu, apakah mode intruksional yang dipakai yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, apakah materi yang direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan kurikulum atau tujuan intruksional yang diinginkan.

E.       Langkah-langkah Evaluasi Kurikulum
Pada dasarnya langkah-langkah dalam mengevaluasi kurikulum ada 2 langkah yaitu;
1.    Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya, perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang diperlukan. Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam tahap persiapan ini, yakni;
·         Menyusun Term of reference (TOR) penilaian, sebagai rujukan pelaksanaan penilaian. Dalam TOR ini dijelaskan target dan sasaran penilaian, lingkup atau objek yang dinilai, organisasi yang menangani penilaian serta biaya pelaksanaan penilaian.
·         Klasifikasi, artinya mengadakan penelaahan perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan, sumber data, instrument dan jadwal penilaian.
·         Ujicoba penilaian ( Try-out), yakni melaksanakan teknik dan prosedur penilaian di luar sample penilaian. Tujuan utama adalah untuk melihat keterandalan alat-alat penilaian dan melatih tenaga penilai termasuk logistiknya, agar kualitas data yang kelak diperoleh lebih meyakinkan
2.    TahapPelaksanaan
Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan /penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penelitian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain;
·         Pengumpulan data di lapangan artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah direncanakan.
·         Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum maupun data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilai.
·         Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data informasi yang diperoleh dari hasil penilaian.
·         Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan criteria tertentu yang telah ditentukan.judgment dapat menggunakan dua macam logika yakni logika vertical dan horizontal.
·         Pembahasan dan pengukuhan hasil- hasil penilaian dalam satu pertemuan khusus yang melibatkan tim penilai dengan pelaksana kurikulum, pengambilan keputusan dan mungkin dari unsur lain yang relevan, sangat diperlukan, sebelum hasil –hasil tersebut dimanfaatkan.

F.       Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1.      Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi 2 kegiatan, pertama mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu keputusan.
 Masalah-masalah dan konsep-konsep dalam pendidikan selalu mengalami pengembangan, maka pertalian antara informasi pendidikan selalu mengalami perkembangan maka pertalian antara informasi pendidikan yang diperoleh dengan keputusan yang diambil tidak selalu sama, mengalami perkembangan pula.
2.      Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pendidikan atau khususnya dalam pelaksanaan kurikulum. Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu: guru, murid, orangtua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan sebagainya. Siapa diantara mereka yang memegang peranan paling besar dalam penentuan keputusan.Pada prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan posisinya.
Pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang posisi nilai yang berbeda, sesuai dengan posisinya. Salahsatu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan keputusan adalah hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan adalah sama.
3.      Konsensus nilai
Dalam bagian yang terdahulu sudah dikemukakan bahwa penelitian pendidikan dan evaluasi kurikulum sebagai perilaku sosial berisi nilai-nilai.Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang turut terlibat (berpartisipasi) dalam kegiatan penilaian atau evaluasi.Para partisipan dalam evaluasi pendidikan dapat terdiri atas orang tua, murid, guru, pengembang kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek dsb.

G.      Ujian sebagai Evaluasi Sosial
Sejak diperkenalkan sistem ujian atau tes untuk umum di Amerika Serikat dan negara-negara lain, pengukuran yang berbentuk umum tersebut merupakan salah satu model evaluasi dalam pendidikan. Keberhasilan dalam ujian pengetahuan dan kemampuan skolastik selama bertahun-tahun ditentukan oleh kemampuan mengingat fakta-fakta.Ujian bukan saja menunjukkan nilai pengetahuan atau kemampuan secara sosial, tetapi juga telah merupakan peraturan dari sekolah.Sistem ujian yang dilaksanakan, lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.Untuk menilai gambaran sekolah secara keseluruhan.Sedangkan untuk mengukur kemampuan siswa digunakan istilah assessment maka untuk penilaian keseluruhan situasi sekolah lebih tepat digunakan istilah evaluation.
Para evaluator menyadari bahwa aneka macam kerangka kerja evaluasi mempunyai implikasi terhadap penentuan keputusan pendidikan. Barry Mc. Donald (1975), mendasarkan argumentasinya pada anggapan dasar bahwa evaluasi merupakan kegiatan politik. Ia membedakan adanya tiga tipe evaluasi dalam pendidikan dan kurikulum, yaitu:
1.    Evaluasi birokratik
Merupakan suatu layanan yang bersifat unconditional terhadap lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang kontrol terbesar dalam alokasi sumber-sumber pendidikan.
2.    Evaluasi otokratik
Merupakan layanan evaluasi terhadap lembaga-lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang control cukup besar dalam mengalokasikan sumber-sumber pendidikan.
3.    Evaluasi demokratik
Merupakan layanan pemberian informasi terhadap masyarakat, tentang program-program pendidikan.

H.      Model-model Evaluasi Kurikulum
Model evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen dalam proses sosial yang dihubungkan dengan perkembangan pendidikan. Model - model evaluasi kurikulum diantaranya yaitu.
1.    Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Para ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk ditanam pada petak-petak tanah yang memiliki kesuburan dan lain-lain yang sama. Dari percobaan tersebut dapat diketahui benih mana yang paling produktif.Percobaan serupa dapat juga digunakan untuk mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas suatu macam benih.
Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih, sedang kurikulum serta berbagai fasilitas serta sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (anak) serta hasil yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan tes (pretest dan post test).
Comparative approach dalam evaluasi. Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan pembandingan antara dua macam kelompok  anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan menggunakan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur. Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang sangat teliti dan rinci, seperti sampel, variabel yang terkontrol, hipotesis, treatment, tes hasil belajar dan sebagainya, perlu dirumuskan secara tepat dan rinci.
2.    Evaluasi Model Objektif
Evaluasi model objektif (model tujuan) berasal dari Amerika Serika., Perbedaan model objektif dengan model komparatif ada dalam dua hal :
a.    Dalam model objektif evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum.
b.    Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif, yaitu:
a.    Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum.
b.    Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa.
c.    Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
d.   Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Dasar-dasar teori Tylor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan kurikulum dan mencapai puncaknya dalam sistem belajar berprograman dan sistem instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually Prescribed Instruct‑on) yaitu:
a.         Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan unit-unit.
b.         Suatu prosedur program testing.
c.         Pedoman prosedur penulisan.
d.        Materi dan alat pengajaran.
e.         Kegiatan guru dalam kelas.
f.          Kegiatan murid dalam kelas.
g.         Prosedur pengelolaan kelas.
3.     Evaluasi Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Seperti halnya pada eksperimen lapangan serta usaha-usaha awal dari Tylor dan Bloom, metode tersebut masuk kebidang kurikulum dari proyek evaluasi.Metode-metode tersebut masuk ke bidang kurikulum setelah komputer dan program paket berkembang yaitu tahun 1960.
Langkah-langkah model multivariasi adalah sebagai berikut:
a.    Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti.
b.    Melaksanakan program. 
c.    Sementara tim penyusun, menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran
d.   Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan komputer.
e.    Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh dari beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model multivariasi, yaitu:
a.     Diharapkan memberikan tes statistik yang signifikan.
b.    Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung.
c.    Model multivariasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi menghadapi masalah-masalah pembandingan.





BAB III
SIMPULAN

Monitoring atau pemantauan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek penampilan dan aktifitas yang dikerjakan. Monitoring ini sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung.
Evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar nasional dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik.Evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan.
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu evaluasi sebagai moral judgement, evaluasi dan penentuan keputusan, konsensus nilai.Model - model evaluasi kurikulum diantaranya yaitu: evaluasi model penelitian,xevaluasi model objektif, dan evaluasi model campuran multivariasi.




DAFTAR PUSTAKA

Soedarminto,dkk. 1999.  Pengembangan Kurikulum Bahan Belajar. Jakarta:  Universitar Terbuka, Depdikbud.
Sukmadinata, Nana.2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Muiz, Abdul. 2013. Monitoring dan Evaluasi Kurikulum. (online) http://amcreative.wordpress.com/pemantauan-kurikulum/ . Diakses Rabu, 9 April 2014 Pukul 14.32 WIB.

No comments:

Post a Comment