ANALISIS BUTIR SOAL
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Assesmen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu :
Dr. Ali Sunarso, M.Pd
Disusun Oleh :
MASKURI NIM
0103513087
ISTI MARYANI WARDANA NIM
0103513066
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan umum penyusunan tes
adalah untuk memperoleh tes dengan jumlah item minimum, namun dapat
menghasilkan skor pengukuran dengan tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi. Oleh karena itu, setelah
item ditulis sesuai dengan kaidah penulisan tes yang baik dan sesuai dengan
kisi-kisi yang direncanakan, yang secara teoritik tes tersebut sudah baik.
Sehingga, perlu untuk dilakukan pengujian empirik. Pengujian item tes secara
empirik inilah yang disebut sebagai analisis item tes.
Analisis (item analysis) soal berkaitan dengan proses mengumpulkan,
meringkas, dan menggunakan informasi tentang tiap butir soal tes, terutama
informasi tentang jawaban siswa terhadap butir soal tersebut. Analisis soal
untuk tes standar berbeda dengan analisis soal untuk tes buatan guru. Yang
lebih diperlukan dikelas adalah analisis soal untuk tes buatan guru. Dengan
pengertian demikian, maka yang perlu diketahui mengenai kualitas soal dengan
analisis itu adalah tingkat kesukarannya, daya pembedanya, pola jawaban soal,
dan hubungan tiap butir soal dengan skor keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian analisis
butis soal tersebut?
2. Apa saja Teknik penganalisisan item tes hasil
belajar?
3. Manfaat dari analisis butir soal atau item tes
buatan guru?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ANALISIS BUTIR SOAL
Analisis
butir soal (item) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
perhitungan dan pengukuran respons subjek terhadap suatu item (Crocker &
Algina,1986). Analisis
tes adalah salah
satu kegiatan dalam
rangka mengkonstruksi tes
untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes
maupun mutu tiap
buutir soal/tugas Analisis dilakukan setelah tes disusun dan
dicobakan kepada sejumlah subyek dan hasilnya
menjadi umpan balik
untuk perbaikan/peningkatan mutu
tes bersangkutan. Oleh karena itu kegiatan analisis tes merupakan
keharusan dalam keseluruhan proses mengkonstruksi tes.
Secara umum, analisis item bertujuan untuk
menentukan apakah suatu item merupakan item yang baik atau buruk sebagai suatu
alat ukur, sehingga memungkinkan kita untuk memperpendek atau memperpanjang
suatu tes sekaligus meningkatkan validitas dan reliabilitasnya. Analisis item
dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1.
Analisis Butir Soal Secara Kualitatif
Pada prinsipnya analisis butir soal secara
kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis,
perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan
atau diujikan. Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan secara kualitatif
mencakup aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk
menganalisis butir soal secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik
panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat
satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal
didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli.
Sedangkan teknik panel adalah teknik
menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu
diantaranya adalah materi, kontruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci
jawaban. Caranya beberapa penelaah diberikan beberapa butir soal yang akan
ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penelaahan.
Dalam menganalisis butir soal secara
kualitatif penggunaan format penelaahan soal akan membantu dan mempermudah
prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan yang dimaksud adalah format
penelaahan butir soal: constructed
response, selected response, tes perbuatan dan instrumen non tes.
2. Analisis
Butir Soal Secara Kuantitatif
Penelaahan
soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti
empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik
adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara
mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari
mereka yang rendah kemampuannya. Data empirik ini diperoleh dari soal yang
telah diujikan.
Ada dua pendekatan
dalam analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan
modern.Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal
melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal
yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Pada teori tes klasik,
analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan item dalam suatu
kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item sangat tergantung pada
kelompok dimana diujicobakan sehingga kualitas item terikat pada sampel
responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample bounded).Ada
beberapa kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, sederhana,
familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer dan
dapat menggunakan beberapa data dari peserta tes.
Analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir
soal dengan menggunakan teori respon butir atau item response theory.
Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk
menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa.
Teori
ini muncul karena adanya beberapa keterbatasan pada analisis secara klasik,
yaitu:
a. Tingkat
kemampuan dalam teori klasik adalah true score. Artinya, jika
suatu tes sulit maka tingkat kemampuan peserta tes akan rendah.sebaliknya, jika
suatu tes mudah maka tingkat kemampuan peserta tes tinggi.
b. Tingkat
kesukaran butir soal didefinisikan sebagai proporsi peserta tes yang menjawab
benar. Mudah atau sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta tes.
c. Daya
pembeda, reliabilitas, dan validitas tes tergantung pada kondisi peserta tes.
B. TEKNIK
PENGANALISISAN ITEM TES HASIL BELAJAR
a.
Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat
dilihat dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masing-masing butir
item. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai
tingkat kesukaran item itu dikenal dengan difficulty index, yang
dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu
singkatan dari proportion. Menurut Witherington , angka indek kesukaran item
itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, indek kesukaran
itu paling rendah adalah 0,00, dan yang paling tinggi adalah 1,00. Angka indek
kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Rumusan
mencari indeks kesukaran menurut Daryanto (2005,180) adalah :
Atau
Dengan
P = Indeks
kesukaaran/kesulitan
B = Banyak siswa
yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh
siswa peserta tes
Contoh :
Jumlah siswa peserta
tes dalam suatu kelas ada 40 orang.dari 40 orang siswa tersebut 12 orang dapat
mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka indeks kesukarannya adalah:
Indeks Kesukaran (P) =
Berarti soal ini berada
dalam kategori sedang
Berdasarkan ketentuan
yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
- soal dengan P 0,00
sampai 0,30 adalah soal sukar
- soal dengan P 0,30
sampai 0,70 adalah soal sedang
- soal dengan P 0,70
sampai 1,00 adalah soal mudah
Tingkat
kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan
bagi pengujian dan pengajaran. Kegunaannyabagi guru adalah: (1)sebagai pengenalan konsep terhadappembelajaran
ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasilbelajar mereka, (2)
memperoleh informasi tentang penekanankurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias. Adapunkegunaannya bagi pengujian dan pengajaran
adalah: (a) pengenalankonsep yang diperlukan
untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tandaterhadap
kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c)memberi masukan
kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanyabutir soal yang bias, (e)
merakit tes yang memiliki ketepatan datasoal.Di samping kedua kegunaan di atas,
dalam konstruksi tes, tingkatkesukaran butir soal sangat penting karena tingkat
kesukaran butirdapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhibentuk
dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasiantarsoal), (2)
berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisienalfa clan KR-20, semakin
tinggi korelasi antar soal, semakin tinggireliabilitas.
b.
Teknik Analisis Daya Pembeda Item
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara
siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang
tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir
soal adalah seperti berikut ini.
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data
empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau
belum memahami materi yang diajarkan guru.
Indek
diskriminasi item itu pada umumnya diberi lambang dengan huruf D, dan seperti
halnya angka indek kesukaran item , maka indek diskriminasi item ini
besarannya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Namun antara keduanya
memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu: jika indek kesukaran item tidak
mungkin memiliki angka minus maka dalam indek daya pembeda dapat
bertanda minus.
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar
oleh siswa kemampuan tinggi dan siswa kemampuan rendah, maka soal itu tidak
baik karena tidak punya daya pembeda. Demikian juga jika semua kelompok bawah
menjawab salah dan siswa berkemampuan tinggi juga sama-sama menjawab salah, maka
soal itu tidak mempunyai daya beda sama sekali. Cara menentukan daya pembeda (
nilai D )
Cara menentukan daya pembeda ( nilai D
)yaitu perlu dibedakan antara kelompok kecil ( kurang dari 100 ) dan kelompok
besar ( 100 orang ke atas ).
a. Untuk kelompok
besar
Mengingat biaya dan waktu menganalisis,
maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil dua kutub saja yaitu 27% skor
teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27 % skor terbawahsebagai kelompok bawah
( JB)
b. Untuk
kelompok kecil
Seluruh kelompok tes di bagi dua sama
besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh :
SISWA
|
SKOR
|
A
|
9
|
B
|
8
|
C
|
7
|
D
|
7
|
E
|
6
|
F
|
5
|
G
|
5
|
H
|
4
|
I
|
4
|
J
|
3
|
Seluruh pengikut tes dideretkan mulai
dari skor teratas sampai kepada skor terendah, lalu di bagi dua.
Rumus Mencari Daya Pembeda menurut
Daryanto ( 2005, 186) yaitu :
Dimana
:
D = Daya pembeda
J = jumlah peserta tes
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang
menjawab soal itu dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
benar ( ingat P sebagai indeks kesukaran )
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Dari hasil
analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang
siswa, didapat skor sebagai berikut :
A = 5
F = 6
K = 7
P = 3
B = 7
G = 6
L =
5
Q = 8
C = 8
H = 6
M = 3
R = 8
D = 5
I = 8
N = 7
S = 6
E = 10
J = 7
O = 9
T = 6
Dari angka yang
belum teratur tersebut kemudian dibuat urutan penyebaran, dari skor yang paling
tinggi ke skor yang paling rendah.
Uraian ini menunjukkan adanya kelompok atas ( JA) dan kelompok bawah ( JB).
Pada uraian di atas dapat ditunjukkan kelompok A dan B. Dan hal ini mempermudah menentukan BA dan BB.
Dimana
BA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok
atas A dan
BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok
bawah B
Seperti yang
diketahui, soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara anak
berkemampuan tinggi dengan anak berkemampuan rendah, dilihat dari dapat atau
tidaknya ia mengerjakan soal tes.
Bila diperhatikan tabel diatas,
dilihat khusus untuk butir soal no satu, dari kelompok atas yang menjawab benar
adalah 9 orang, dari kelompok bawah yang menjawab betul adalah 3 orang. Dan
diterapkan rumus daya pembeda maka :
PA
= 0,9 PB = 0,2
BA =
9 BB = 2
Maka D = PA – PB
= 0,9 – 0,2
= 0,7
Dengan demikian maka indeks
diskriminasi untuk soal no 1 adalah 0,7
Sekarang pembuktian untuk butir soal no 8
PA
= 0,8 PB = 0,9
BA =
8 BB = 9
Maka D = PA – PB
= 0,8 – 0,9
= - 0,1
Butir soal yang baik adalah butir – butir
soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7
|
Klasifikasi daya pembeda yaitu ;
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,20 – 0,40 : cukup
D = 0,40 – 0,70 : baik
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali
c.
Teknik Analisis Fungsi Distraktor
Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk
pilihan ganda, item telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif tesebut telah
dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban atau yang dikenal
dengan alternatif. Altenatif jawaban itu jumlahnya berkisar antara 3 - 5 buah,
dan dari kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item terpasang
sebuah jawaban dan sisanya sebagai pengecoh (disrtactor).
Bagaimana cara distractor dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, kelajiman yang berlaku dalam dunia evaluasi hasil
belajar ialah, bahwa distractor itu sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% peserta
tes. Berikut cara menganalisis fungsi distractor:
Dari sebuah item soal yang dilengkapi dengan
altenatif jawaban A, B, C, D, dan E di ikuti oleh 20 peserta tes, dengan hasil
sebagai berikut:
Item
soal
|
Alternatif jawaban
|
keterangan
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
||
1
|
5
|
1
|
8
|
6
|
0
|
C
(kunci jawaban)
|
Dari data diatas dapat kita berikan sebuah
kesimpulan yaitu:
·
Pengecoh A dipilih oleh 5 orang teste
yang berarti:
5/20X 100%=25%, pengecoh sudah
berjalan dengan baik karena telah melebihi 5%.
·
Pengecoh B dipilih oleh 1 orang testee
yang berarti :
1/20X100%= 5%, pengecoh sudah berjalan
karena telah mencapai 5%
·
Pengecoh D dipilih oleh 4 orang testee
yang berarti:
6/20X100%= 30%, pengecoh berjalan
dengan baik karena telah melebihi 5%.
·
Pengecoh E tidak dipilih oleh peserta
testee yang berarti: 0/20X100%= 0, pengecoh tidak berjalan
C. MANFAAT
ANALISIS ITEM ATAU SOAL BUATAN GURU
Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari analisis soal buatan guru:
1. Menetukan
apakah butir soal berfungsi tepat seperti yang dimaksudkan oleh guru. Untuk
menentukan apakah butir soal telah berfungsi semestinya, guru perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut, diantanranya adalah:
a.
Apakah tes itu ditujukan untuk mengukur
pencapaian tujuan instruksional yang dimaksudkan?
b.
Apakah tes itu mempunyai tingkat
kesukaran yang memadai?
c.
Apakah kunci jawaban telah betul?
d.
Apakah distraktor berfungsi?
2. Umpan
balik bagi siswa mengenai penampilannya dan merupakan dasar untuk diskusi
kelas.
3. Umpan
balik bagi guru tentang kesulitan belajar bagi siswa.
4. Bidang-
bidang kurikulum yang memerlukan perbaikan.
5. Perbaikan
butir soal.
6. Meningkatkan
ketrampilan penulisan soal
7. Dapat
membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan.
8. Mendukung
penulisan butir soal yang efektif.
9. Meningkatkan
validitas soal dan realibilitas (Anastasi dan Urbina, 1997: 172).
Berbagai
uraian diatas menunjukkan bahwa analisis butir soal memberikan manfaat: (1)
menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi denganbaik; (2)
meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkatan
kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal; (3) merevisi soalyang tidak relevan
dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat
menjawab butir soal tertentu.
BAB
III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
analisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyakinkan
bahwa bahwa butir-butir soal tersebut bermutu dan memenuhi kriteria yang
ditentukan. Kriteria atau karakteristik yang baik adalah yang berkaitan dengan
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Analisis butir soal
dapat dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Ada beberapa manfaat dari analisis soal
buatan guru: (1) menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi
denganbaik; (2) meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu,
tingkatan kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal; (3) merevisi soalyang
tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang
tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
Demikian makalah ini
kami buat, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah selanjutnya lebih baik.
Semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan memberi manfaat bagi kita semua.
Amin
DAFTAR PUSTAKA
___________. 2013.AnalisisButir Soal .[Online].Tersedia:
___________. 2013. Analisis Butir Soal .[Online].Tersedia:
Arikunto Suharsimi,2013.Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta:
Bumi Angkasa
Sudaryono,2012. Dasar – dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Graha Ilmu.
No comments:
Post a Comment