EMPAT MODEL KURIKULUM
Disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah
Kajian Kurikulum dan
Pembelajaran Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu: Dr.
Sarwi, M.Si. & Dr. Mulyono, M.Si
Oleh
Titik Sumeri NIM
0103513059
Sutriasih NIM 0103513033
Isti Maryani NIM 0103513066
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI PGSD
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan
reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan
nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pusat
Kurikulum Depdiknas yang meliputi melakukan layanan profesional, menyusun model-model kurikulum, dan melakukan kajian kebijakan
kurikulum. Dalam dunia pendidikan dibutuhkan kurikulum yang membantu dalam mencapai
tujuan pendidikan Nasional. Berbagai model jenis kurikulum dipakai oleh
pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta
berbudi pekerti luhur. Hal ini perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat,
administrator, kepala kantor wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru
dalam pendidikan.
Pemilihan suatu model kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta
konsep pendidikan yang digunakan. Ada empat konsep kurikulum.
Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum
subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, dari
pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial dan dan dari
teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis. Sedangkan sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia perlu juga kita ketahui mulai dari
kurikulum 1964 sampai kurikulum 2013. Dari hal tersebut maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
empat model konsep kurikulum ?
3. Bagaimana
perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia?
BAB II PEMBAHASAN
A. Empat Model Konsep Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan dan perbuatan
pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Untuk mengetahui lebih jauh berikut kami paparkan empat model
konsep kurikulum.
1.
Kurikulum Subjek
Akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang tipe-tipe lain,
umumnyasekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Mengapa demikian?, kurikulum
ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lain.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme
dan esensialisme) yang berorientasi masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan
memelihara dan mewariskan hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah menguasai ilmu sebanyak-banyaknya.
Orang yang berhasil dalam belajar adalah
orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan
atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu,
sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli.
Jerome Brunner dalam The process of
Education menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas
struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata
pelajaran harus diadasarkan pada pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh
dari prinsip-prinsip yang mendasarinya dan yang memberi struktur kepada suatu
disiplin ilmu.
Ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis.
Pendekatan pertama, melanjutkan stuktur pengetahuan, yang kedua adalah studi
yang bersifat integratif, dalam hal ini mereka mengembangkan suatu model
kurikulum yang terintegrasi (integrated
kurikulum), dan pendekatan yang ketiga adalah pendekatan yang dilaksanakan
sekolah-sekolah fundamentalis.
a.
Ciri-ciri
kurikulum subjek akademis
Kurikulum subjek akademik mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan,
metode, organisasi isi, dan evaluasi.
-
Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian
pengetahuan yang solid dan melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
“penelitian”.
-
Metode yang digunakan adalah metode ekspositori dan
inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa
sampai mereka kuasai.
-
organisasi isi dalam kurikulum subjek akademis
menggunakan pola-pola organisasi : correlated
curriculum, unified atau concentrated curiiculum, integrated curriculum, dan problem solving curriculum.
-
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi yang
bervariasi yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
b.
Pemilihan
disiplin ilmu
Masalah besar yang dihadapi para pengembang subkjek akademis adalah
bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada.
Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu :
-
Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh
(comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran
atau mendapatkan pengetahuan.
-
Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility).
-
Menekankan pengetahuan dasar.
c.
Penyesuaian
mata pelajaran dengan kebutuhan anak
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan
bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan
kemampuan berpikir anak. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang
materi yang akan diajarkan bersifat universal, mereka mengabaikan karakteristik
siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
2.
Kurikulum
Humanistik
a.
Konsep dasar
Kurikulum humanistik deikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey
(Progressive Education) dan JJ
Rousseau (Romantic Education). Aliran
ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi
bahwa anak adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Para pendidik
humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan
diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan
intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai,
dll).
Ada beberapa aliran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan hunamistik,
yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern.
Penjabaran dari ketiga hal tesebuta adalah sebagai berikut.
-
Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi,
individu harus merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun
tindakan), terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.
-
Kritikisme bersumber dari aliran naturalisme atau
romantisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu
anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan merupakan upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak
berkembang optimal.
-
Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan
latihan dan pengembangan kepekaaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi,
dsb.
b.
Kurikulum
konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang
ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan segi-segi
kognitif (pengetahuan). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang
mengandung segi afektif. Menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan pendidikan
tentang sikap, perasaan , dan nilaim yang harus dimiliki murid-murid. Kurikulum
hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat dipilih murid-murid
dalam proses bersikap, berperasaan dan memberi pertimbangan nilai.
c.
Ciri
kurikulum konfluen
Kurikulum
konfluen mempunyai beberapa ciri :
-
Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi
murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama melalui berbagai
bentuk kegiatan kelompok.
-
Integrasi. Melalui partisipasi dalam kelompok terjadi
interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga
tindakan.
-
Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan,
minat, dan kehidupan murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
-
Pribadi anak. Pendidikan ini memnberi tempat utama
pada pribadi anak.
-
Tujuan. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi
yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara
menyeluruh.
d.
Metode
belajar konfluen
Para pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai
bidang pengajaran. George Issac Brown memberikan 40 macam teknik pengajaran
konfluen, di antaranya : dyas yang
merupakan komunikasi yang efektif antara dua orang, fantasy body trips yang merupakan badan dan diri
individu, rituals yaitu suatu
kegiatan untuk menciptakan kebiasaan, kegiatan atau ritual baru.
Dalam memilih kegiatan belajar ada dua cara :
-
Menidentifikasi tema-tema atau topik-topik yang
mengandung self jugment.
-
Materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open ended), tema atau isue-isue
diaharapkan muncul secara spontan dari prosedur atau perlengkapan yang ada.
e.
Karakteristik
kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan pendidikan bagi mereka
adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat pada diri
sendiri, orang lain, dan belajar.
Kurikulum humanistis menuntut menuntut hubungan yang baik antara guru dan
murid.Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak disenangi murid. Sesuai dengan
prinsip yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan
perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan
tindakan.
Dalam evaluasi kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses daripada
hasil. Kalau pada kurikulum subjek akademis mempunyai kriteria pencapaian, maka
dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. Sasaran mereka adalah
perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri
sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan
hendaknya bermanfaat bagi siswa. Penilainnya bersifat subjektif baik dari guru
maupun para siswa.
3.
Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Menurut mereka pendidikan
bukan merupakan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan
kerjasama.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun
1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama
ini ada kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para
siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Setelah diharapkan
dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
a.
Desain
kurikulum
Ciri desain
kurikulum rekonstruksi sosial antara lain.
-
Asumsi. Tujuan utama kurikulum ini adalah menghadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia.
-
Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar
dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
-
Pola-pola organisasi. Pola organisasi disusun seperti
sebuah roda.
b.
Komponen
kurikulum
Komponen-komponen
dalam kurikulum ini adalah sebagai berikut.
-
Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan program pendidikan
setiap tahun berubah.
-
Metode. Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para
pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional
dengan tujuan siswa. Guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan
kebutuhannya.
-
Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga
dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai
bahan yang akan diujikan.
c.
Pelaksanaan
pengajaran rekonstruksi sosial.
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang
tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran
ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan
potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi
tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan
potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya sekolah mengembangkan bidang
pertanian dan peternakan, di daerah industri mengembangkan bidang-bidang
industri.
Salah satu badan yang mengembangkan baik teori maupun praktik kurikulum
rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantu pengembangan
daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakangan
mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization).
Harold G. Shane seorang profesor dari Universitas Indiana Amerika Serikat,
mewakili teman-temannya para futurolog menggunakan perencanaan masa yang akan
datang (future planning) sebagai
dasar penyusunan kurikulum. Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar
mempelajari kecenderungan (trends)
perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai
dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat.
Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinan pada kemampuan
manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya tentang
peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus
pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum
(pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang masalah-masalah
sosial berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam pemecahan sosial juga
bervariasi.
4.
Kurikulum
Teknologis
Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk
bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan,
tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis
dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dll. Dewasa ini sesuai dengan tahap
perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projector, film
slide, dan motion film, mesin
pengajaran, komputer, CD-rom, dan internet.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dibidang pendidikan,
berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada kesamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekankan pada isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan
pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan
kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih
sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi
alat (tools technology), sedangkan
penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).
1.
Ciri
kurikulum teknologis
Ciri khusus
kurikulum ini adalah sebagai berikut.
-
Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi,
yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu
kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau
tujuan instruksional
-
Metode. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa
menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan
kecepatan masing-masing. Pelaksanaan pengajaran
mengikuti langkah-langkah : penegasan tujuan, pelaksanaan pengajaran,
pengetahuan tentang hasil, organisasi bahan ajar, dan evaluasi.
Program pengajaran tekologis sangat menekankan efisiensi dan efektivitas. Kurikulum
ini memiliki kelebihan
-
Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji
coba dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa
kali sampai standar yang diharapkan tercapai.
-
Dengan model pengajaran ini tingkat penguasaan siswa
dalam standar konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model
lain.
-
Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih
berstruktur seperti pengajaran komputer, yang dilengkapi dengan sistem umpan
balik dan bimbingan yang teratur dari dapat mempercepat dan meningkatkan
penguasaan siswa.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum ini juga memiliki
keterbatasan dan kelemahan sebagai berikut.
-
Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan
bahan ajar yang komplek atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis,
sintesis, evaluasi) juga bahan ajar yang bersifat afektif.
-
Beberapa percobaan menunjukkan kemampuan siswa untuk
mentransfer hasil belajar cukup rendah.
-
Pengajaran teknologis sukar untuk melayani bakat-bakat
siswa belajar dengan metode-metode khusus.
-
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh sikap
mereka, bila sikapnya positif maka siswa akan berhasil, tetapi apabila sikapnya
negatif tingkat penguasaannyapun relatif rendah
-
Masalah kebosanan juga berpengaruh terhadap proses
belajar.
2.
Pengembangan
kurikulum
Pengembangan kurikulum ini berpegang pada beberapa kriteria, yaitu : 1)
Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain, 2) hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah
yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum ini
adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media
pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program
pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat,
perlu mempertimbangkan beberapa hal.
- formulasi, perlu
dirumuskan terlebih dahulu, apakah pengembangan alat atau media itu benar-benar
diperlukan.
- spesifikasi,
diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik
dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.
- prototipe, sekuens-sekuens pengajaran perlu diujicobakan dalam bentuk
prototipe-prototipe , demikian juga format media dan organisasi.
- percobaan pertama, unit-unit pengajaran diujicobakan
pada sejumlah sampel siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahannya.
- mencoba hasil, hasil dari pengembangan dicoba
diterapkan di dalam sistem pengajaran yang berlaku. Proses pelaksanaan , hasil
dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dicatat sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan selanjutnya.
2. Model Perkembangan Kurikulum di
Indonesia
a. Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan
dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri
khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya. Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja. Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif) Organisasi kurikulumnya bervariasi. Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya. Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja. Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif) Organisasi kurikulumnya bervariasi. Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
b. Kurikulum
tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk
dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran
sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah
kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
c. Kurikulum
tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa
pembelajaran harus memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat
pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
d. Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni
siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Kurikulum 1984
mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur
wulan (cawu).
e. Kurikulum
tahun 1994
Pengembangan kurikulum pada tahun
1994 bercirikan : adanya penerapan muatan lokal, adanya konsep link and match (keterkaitan dan
kesepadanan) antara pendidikan dengan dunia kerja, serta peningkatan wajib
belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
f. Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka
Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa
tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.
g. Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
1. Lebih memgutamakan kemampuan
2. Menekankan bantuan alat
3. Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-masing siswa.
4. Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
1. Lebih memgutamakan kemampuan
2. Menekankan bantuan alat
3. Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-masing siswa.
4. Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
h. Kurikulum tahun 2006/2007,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada
masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat
sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan
kurikulum secara tepat dan proporsional.
i. Kurikulum 2013
Tema kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,
afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Kurikulum 2013 menganut pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
di kelas, dan di masyarakat. Proses pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Implementasi
kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, menekankan penilaian berbasis
proses dan hasil. Hasil penilaian harus serasi dengan perkembangan akhlak dan
karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara, dan
mahkluk ciptaanTuhan YME.
Mata pelajaran dirancang terkait
satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi
inti tiap kelas Semua
mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama [saintifik] melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar. Materi disusun seimbang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Pendekatan pembelajaran
berdasarkan pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan penyajian
hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar [siswa mencari
tahu].
III. PENUTUP
A. Simpulan
Model
konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek
akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, dari pendidikan
interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial dan dan dari teknologi
pendidikan disebut kurikulum teknologis.
Pengembangan kurikulum di
Indonesia dari tahun 1964 sampai dengan kurikulum 2013, yakni dari kurikulum
sistem guru mengajarkan muridnya dengan sistem satu arah (guru aktif dan murid
pasif), mulai pengenalan sistem semesteran bagi SMP dan SMA dan cawu bagi
tingkat dasar (SD), adanya sistem wajib belajar 9 tahun, kemudian adanya sistem
kurikulum berbasis kopetisi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
dan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Berbagai model kurikulum
tersebut demi terwujudnya tujuan pendidikan di Indonesia yaitu mewujudkan
pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing
dalam kehidupan global.
B.
Saran
Dalam pengembangan suatu
kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan,
ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, orang tua murid, serta
tokoh masyarakat. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Idi. 201. Pengembangan Kurikulum: Teori
dan Praktik. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta
Nana Syaodih
Sukmadinata, 2000, Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya: Bandung,
S. Nasution.
1993. Pengembangan Kurikulum. PT.
Citra Aditya Bakti: Bandung
Sukiman
Danang. 2006. Telaah Kurikulum.
Pustaka: Jakarta.
Haris
Kurniawan. 2012. Model Pengembangan
Kurikulum. Retrieved 16
Maret 2014 from http://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/model-pengembangankurikulum_5.html
No comments:
Post a Comment