MAKALAH
MENGEMBANGKAN &MENGGUNAKAN
BUTIR-BUTIR TES (
PILIHAN GANDA )
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Assesmen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Ali Sunarso,
M.Si. & Dr. Sri Haryani, M.Si
Sutriasih NIM 0103513033
Titik Sumeri NIM 0103513059
PROGRAM PASCA
SARJANA
PENDIDIKAN DASAR
PGSD KELAS KHUSUS
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penulisan
butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan
rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan
kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan
bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian,
ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain. Berikut khusus akan dibahas
mengenai soal tes pilihan ganda.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa sajakah bagian-bagian tes
pilihan ganda?
2. Bagaimanakahkaidah penulisan soal pilihan ganda
yang baik?
3. Bagaimanakah langkah-langkah
mengembangkan butir soal?
4. Bagaimanakah validitas soal pilihan ganda?
5. Bagaimanakah menentukan tingkat kesukaran soal
pilihan ganda?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagian-bagian tes pilihan ganda.
2. Untuk
mengetahui kaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik.
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah mengembangkan butir soal.
4. Untuk
mengetahui validitas soal
pilihan ganda.
5. Untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal pilihan ganda.
BAB
II
PEMBAHASAN
Multiple choice test
atau yang lebih dikenal dengan tes pilihan ganda adalah sejenis tes objektif
yang masing-masing butir tes nya memiliki lebih dari dua pilihan jawaban.
Jumlah pilihan ini terdiri sekurang-kurangnya tiga, pada umumnya empat, dan
kadang-kadang lima. Dari lima pernyataan tersebut hanya terdapat satu
pernyataan yang benar atau jawaban kunci. Sedangkan yang lain nya adalah
jawaban/pernyataan yang difungsikan sebagai jawaban pengecoh. Secara harfiah
jawaban pengecoh digunakan untuk menguji/mengetes peserta sebagai alat ukur
kemampuan menguasai materi yang diujikan.
Dengan jumlah
pilihan yang lebih banyak (dibandingkan dengan pilihan salah-benar) tes pilihan
ganda memiliki keampuhan dalam sifat menjebak, yaitu berkurangnya presentase
kuatnya pilihan. Hal ini bila dihitung secara matematis hasil setiap pernyataan
akan berpresentase sekitar 25% dari setiap pernyataan (pernyataan sebanyak 4
pilihan).
1.
Kelebihan tes
pilihan ganda
Kelebihan-kelebihan tes pilihan ganda ini
meliputi ;
a.
Peluang sama untuk jawaban benar dengan
sekedar menebak dibandingkan tes benar-salah
b.
Cakupan materi tes yang lebih luas
c.
Cara menjawab yang sederhana
d.
Pemeriksaan jawaban yang lebih sederhana
e.
Analisis yang lebih mudah dilakukan
terhadap masing-masing butir tes maupun tes secara keseluruhan karena sekedar
didasarkan atas jumlah atau presentase termasuk penghitungan realibilitas tes.
2.
Kelemahan tes
pilihan ganda
Kelemahan yang paling menonjol dalam
penggunaan tes pilihan ganda adalah tersedianya peluang yang terbuka lebar bagi
peserta tes yang semata-mata didasarkan atas tebakan. Hal ini sering kali
terjadi karena peserta tes kurang memahami persoalan seperti yang dirumuskan
dalam pernyataan pokok. Cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko
jawaban sekedar tebak adalah merumuskan pilihan-pilihan itu sedemikian rupa
sehingga menempatkan peserta tes pada posisi untuk menentukan pilihannya
berdasarkan nalar dan pengetahuannya. Seperti, mengusahakan adanya kemiripan
yang maksimal diantara pilihan-pilihan jawabannya. Kemiripan-kemiripan itu
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, antara lain pilihan yang sama panjang,
terdiri dari jumlah kata yang sama dan sebagainya.
Cara
yang dilakukan untuk menekan jawaban tebakkan yaitu dengan menggunakan sistem
denda (correction for quessing). Sistem denda ini didasarkan sebagai hukuman,
walaupun sebagian orang menganggap hal yang tak patut diseyogyakan sebab
dianggap bermasalah.
Untuk formula dari hukum denda
(pengurangan skor):
SA
= ∑ JB – (∑ JS: JA )
Dengan
kriteria sebagai berikut :
SA = Skor akhir
∑
jb = Jumlah jawaban yang benar
∑JS = Jumlah jawaban yang salah
JA = Jumlah pilihan jawaban setiap butir
Namun permasalahan yang terjadi adalah
seorang korektor
tidak dapat
mengatakan bahwa jawaban yang terjadi adalah jawaban dengan cara sekedar
tebakan atau bukan.
Oleh karena tidak adanya kejelasan kriteria yang digunakan untuk menentukan
jawaban hasil tebakan sistem ini lebih banyak menjadi bagian dari sekedar
wacana teoritik tanpa ada penerapan dalam praktek.
Kelemahan lain yaitu terkait dengan
masalah validitas bagi pemakai tes jenis pilihan ganda adalah dengan sekedar
mengenali dan memilih salah satu pilihan jawaban, tes pilihan ganda dianggap
sekedar mampu menyadap kemampuan yang bersifat pasif-reseptif. Sehingga yang
terjadi cara semacam itu tidak memungkinkan memperoleh kesan tentang kemampuan
lain yang bersifat aktif-produktif untuk mengungkapkan pikiran dalam bentuk
wacana lisan atau tulis.
A.
Bagian-BagianTes Pilihan Ganda
1.
Pokok Pernyataan / Dasar Pertanyaan
Pernyataan pokok / dasar pernyataan / stimulus merupakan
bagian awal dari suatu butir tes pilihan ganda dapat berupa pernyataan yang
harus disikapi atau pertanyaan yang harus dijawab. Dalam hal ini sebaiknya
pernyataan pokok sebaiknya merupakan pernyataan yang utuh dan bukan merupakan
kalimat yang belum selesai dan harus dilengkapi dengan salah satu pilihan
jawaban.
2.
Pokok Soal (Stem)
Perumusan pokok soal hendaknya menggunakan
bahasa yang jelas, singkat dan sederhana.Tidak membingungkan siswa.
3.
Penyusunan pilihan jawaban (Option)
Dalam pembuatan rumusan dan susunan
pilihan jawaban haruslah sebaik mungkin yang memaksa peserta tes untuk berfikir secara
kritis sebelum menentukan pilihan jawabannya . Secara garis besar hal ini dapat
dilakukan dengan mengusahakan agar pilihan-pilihan itu sejauh mungkin mirip satu
sama lain dalam berbagai hal, terutama dalam makna, dan kaitannya dengan
pernyataan pokok serta ciri-ciri kebahasaannya. Hal ini diupayakan agar peserta
tes benar-benar menggunakan pengetahuannya dalam menjawab soal-soal pilihan
ganda tersebut.
Pilihan jawaban yang baik adalah pilihan
yang mirip satu sama lain, kemiripan itu sedapat mungkin meliputi berbagai
aspek, baik bentuk, makna maupun panjang pendeknya kalimat, frasa atau
kata-kata yang digunakan untuk merumuskannya. Syarat kemiripan antar pilihan
jawaban dari segi makna menuntut adanya hubungan yang jelas, wajar, dan masuk
akal antara pilihan jawaban dengan pernyataan pokoknya. Selain dari sisi makna
panjang pendeknya sebuah pilihan juga sangat berpengaruh, sebab merupakan sisi
lain dari kemiripan yang dipersyaratkan.
Kehatian-kehatian terakhir yang bersifat
teknis yaitu peletakkan jawaban kunci. Hal ini untuk mengurangi kecenderungan
menjawab tanpa berfikir kritis, sebab apabila sebuah kunci cenderung mengikuti
sebuah pola maka tidak menutup kemungkinan dugaan-dugaan dari peserta tes untuk
menebak sebuah pola kunci jawaban.
Contoh:
Dasar
Pertanyaan (stimulus)
|
Perhatikan iklan berikut!
Dijual sebidang tanah di Bekasi, luas 4 ha. Baik untuk
industri. Hubungi telp. 7777777.
|
Pokok Soal
|
Iklan di atas termasuk jenis iklan ....
|
Pilihan
Jawaban (option)
|
a.permintaan
b.propaganda
c.pengumuman
d. penawaran
|
B. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Yang Baik
Dalam penulisan soal pilihan ganda
ada 17 hal yang harus diperhatikan, antara lain:
- Soal harus sesuai dengan indikator
- Pengecoh harus berfungsi
- Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
- Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
- Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
- Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
- Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
- Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
- Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban
di atas salah/benar”.
- Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
- Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
- Rumusan pokok soal
tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti:
sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
- Butir soal jangan
bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
- Setiap soal harus
menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
- Bahasa yang digunakan
harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti siswa.
- Jangan menggunakan
bahasa yang berlakusetempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain
atau nasional.
- Pilihan jawaban jangan
mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase
pada pokok soal.
C. Langkah-langkah
Mengembangkan Butir Soal
Langkah-langkah menyusun soal pilihan ganda: dimulai
dengan menyusun kisi-kisi soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal,
sebelum test digunakanmelakukan penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa
hasil test.
1.
Penulisan
Kisi-Kisi Soal
a.
Teknik
Mengisi Kisi-Kisi
Kisi-kisi
dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapatdijadikan pedoman untuk
menulis dan merakit soal menjadi instrument tes.Dengan menggunakan kisi-kisi,
pembuat soal dapat menghasilkan soal-soalyang sesuai dengan tujuan tes.
Berbagai instrument tes yang memilikitingkat kesulitan, kedalaman materi dan
cakupan materi sama (paralel) akanmudah dihasilkan hanya dengan satu kisi-kisi
yang baik.Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisiantara
lain:
1)
Sampel
Materi
Pemilihan
sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknyadilakukan dengan mengacu
pada kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihansampel materi secara
representative dapat mewakili semua materi yangdiajarkan selama proses
pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yangdapat ditanyakan maka semakin
banyak pula tujuan pembelajaran yangdapat diukur.
2)
Jenis
Tes
Pemilihan
jenis tes yang digunakan berhubungan erat dengan jumlahsampel materi yang dapat
diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlahpeserta tes, serta jumlah
butir soal yang akan dibuat. Ada dua jenis tes yangdapat digunakan sebagai alat
ukur hasil belajar peserta ujian, yaitu tesobjektif dan tes uraian. Pemilihan
jenis tes sangat terkait dengan tujuanpembelajaran yang akan diukur. Tes
objektif merupakan jenis tes yang tepatdigunakan untuk ujian berskala besar
yang hasilnya harus segeradiumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir
program, dan ujiankompetensi profesi.Soal tes objektif dapat diskor dengan
mudah, cepat, danmemiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan
kognitif,serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes.
3)
Jenjang
Pengetahuan
Setiap
kompetensi inti mempunyai penekanankemampuan yang berbeda dalam mengembangkan
proses berfikir pesertaujian. Kumpulan butir soal yangakan digunakan dalam
ujian harus dapat mengukur proses berfikir yangrelevan dengan proses berfikir
yang dikembangkan selama prosespembelajaran. Dalam hal ini, kita mengenal ranah
kognitif yangdikembangkan oleh Bloom dkk yang kemudian direvisi oleh
Krathwoll(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan ranah kognitif adalah:
ingatan(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5)
dankreasi (C6). Berikut ini akan diuraikan secara singkat ke-6 jenjang
prosesberfikir tersebut.
a)
Ingatan
(C1), merupakan jenjang proses berfikir yang paling sederhana.Butir soal
dikatakan dapat mengukur kemampuan proses berfikiringatan jika butir soal
tersebut hanya meminta pada peserta ujian untukmengingat kembali tentang segala
sesuatu yang telah diajarkan dalamproses pembelajaran, seperti mengingat nama,
istilah, rumus, gejala,dsb, tanpa menuntut kemampuan untuk memahaminya.
b)
Pemahaman
(C2), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkatlebih tinggi dari
ingatan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berpikir pemahaman jika
butir soal tersebut tidak hanya memintapada peserta ujian untuk mengingat
kembali tentang segala sesuatuyang telah diajarkan dalam proses pembelajaran,
tetapi peserta ujiantersebut harus mengerti, dapat member arti dari materi yang
dipelajariserta dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan
ujikompetensi, ranah kognitif C1 dan C2, tidak digunakan sebagai dasarpembuatan
soal.
c)
Penerapan
(C3), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari
pemahaman. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir penerapan,
jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk memilih, menggunakan
atau menggunakan dengan tepatsuatu rumus, metode, konsep, prinsip, hokum, teori
atau dalil jikadihadapkan pada situasi baru.
d)
Analisis
(C4), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari
penerapan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir analisis jika
butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaanmenurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahamihubungan antar bagian tersebut.
e)
Evaluasi
(C5), merupakan jenjang proses berfikir yang lebih kompleksdari analisis. Butir
soal dikatakan mengukur kemampuan proses berfikirevaluasi jika butir soal tersebut
meminta pada peserta ujian untukmembuat pertimbangan atau menilai terhadap
sesuatu berdasarkankriteria-kriteria yang ada.
f)
Kreasi
(C6), merupakan jenjang proses berfikir yang paling kompleks.Proses berfikir
ini menghendaki peserta ujian untuk menghasilkansuatu produk yang baru sebagai
hasil kreasinya.
4)
Tingkat
Kesukaran
Dalam
menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam setsoal untuk ujian,
harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yangakan digunakan. Ada dua
pendekatan yang dapat digunakan dalammenginterpretasikan hasil tes, yaitu
pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).
5)
Waktu
Ujian
Lamanya
waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harusdiperhatikan dalam membuat
perencanaan tes. Lamanya waktu ujian(misalnya 90 menit) akan membawa
konsekuensi pada banyaknya butir soalyang harus dibuat. Jumlah butir soal yang
akan diujikan harus diperkirakanagar soal dapat diselesaikan dalam waktu 90
menit. Jumlah butir soal tidakboleh terlalu banyak atau terlalu sedikit, untuk
mengantisipasi peserta ujianmenjawab soal dengan cara menebak.
6)
Jumlah
Butir Soal
Penentuan
jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujiantergantung pada beberapa hal,
antara lain: penguasaan kompetensi yangingin diketahui, ragam soal yang akan
digunakan, proses berfikir yang ingindiukur, dan sebaran tingkat kesukaran
dalam set tes tersebut. Pada ujikompetensi, waktu dan jumlah butir soal telah
ditetapkan, sehingga pembuatsoal dapat memperkirakan tingkat kesulitan soal.
b.
Lembar
Indikator Soal
Untuk
membantu mempermudah pengisian format kisi-kisi, makayang perlu dilakukan:
1)
Siapkan
format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagaisumber dalam
pembuatan kisi-kisi
2)
Setelah
mengetahui kompetensi inti, maka selanjutnya menentukan indikator pembelajaranyang
akan diukur. Kompetensi dasar dan indikator dirumuskan dalamkata kerja
operasional, yang merupakan dasar dalam menyusun soal.
Contohkata
kerja operasional: menentukan, menyebutkan,menghitung, menunjukkan,
menjelaskan, mengidentifikasi,menyimpulkan.
3)
Tentukan
pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan digunakanuntuk mengukur
ketercapaian indikator pembelajaran tersebut.Kemudian tuliskan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan tersebut padalembar kisi-kisi. Upayakan pokok bahasan dan
sub pokok bahasantersebut merupakan sampel materi yang representative
mewakilikeseluruhan kompetensi yang diujikan.
4)
Tuliskan
berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satuwaktu ujian tersebut.
Penentuan jumlah butir soal harus memperhatikantingkat kesukaran butir soal dan
proses berfikir yang ingin diukur.
5)
Sebarkan
jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan. Penentuanjumlah butir soal per
pokok bahasan hendaknya dilakukan secaraproporsional berdasarkan kepentingan
atau keluasan sub pokok bahasantersebut.
6)
Distribusikan
jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut ke dalamsub pokok bahasan.
Pendistribusian jumlah butir soal ini juga harusdilakukan secara proporsional
sesuai dengan kepentingan atau keluasansub pokok bahasan tersebut.
7)
Distribusikan
jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut kedalam kolom-kolom proses
berfikir dan tingkat kesukaran butir soal.Pendistribusian ini harus berpedoman
pada kompetensi yang akandiukur ketercapaiannya dan proses berfikir yang
dikembangkan selama proses pembelajaran
Catatan
bagi penulis
kisi-kisi: tentukan materi yang akan diujikansesuai dengan kompetensi inti,
selanjutnya pastikan materi – materi pentingsudah terwakili, tentukan banyak
soal yang akan diujikan, sesuaikan denganwaktu yang tersedia. Kemudian
merumuskan indikator untuk mengukurmateri terpilih dengan bahasa yang baik dan
mudah dipahami.
2.
Penulisan
Butir Soal
a.
Penulisan
Soal Pilihan Ganda
Tes objektif pilihan ganda merupakan jenis tes
objektif yang palingbanyak digunakan.Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas
dua bagian,yaitu pokok soal (stem) dan alternative jawaban (option).
Satu di antaraalternative jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang
palingbenar (kunci jawaban), sedangkan alternative jawaban yang lain
berfungsisebagai pengecoh (distractor). Pokok soal dapat dibuat dalam
dua bentuk,yaitu dalam bentuk pernyataan tidak selesai atau dalam bentuk
kalimattanya. Jumlah alternative jawaban yang dibuat terdiri atas empat atau
limaoption jawaban, untuk uji kompetensi sebanyak lima option jawaban.
Penulisan soal pillihan ganda harus memenuhi
kaidah-kaidah dalam penulisan soal pilihan ganda.Tata tulis tes pilihan ganda
diatur sebagai berikut. Jika pokok soal(stem) ditulis dengan kalimat
tidak selesai, maka awal kalimat ditulisdengan huruf besar dan awal option ditulis
dengan huruf kecil (kecualiuntuk nama diri dan nama tempat). Karena pokok soal
ditulis dengankalimat tidak selesai, maka pada akhir kalimat disertai dengan
empat buahtitik.Tiga buah titik yang pertama adalah titik-titik untuk pokok soal
yangditulis dengan kalimat tidak selesai dan satu titik yang terakhir
merupakantitik akhir alternative jawaban.Dengan demikian akhir setiap
alternativejawaban tidak perlu diberi tanda titik. Jika pokok kalimat ditulis
dengankalimat tanya, maka awal kalimat ditulis dengan huruf kapital dan
akhirkalimat diberi tanda tanya. Setiap awal option dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik.Jenis soal yang sering digunakan dalam
uji kompetensi profesiadalah soal objektif bentuk pilihan ganda yang berupa
kasus.Struktur soalterdiri dari kasus (scenario/vignette), pokok
soal/pertanyaan (stem/lead in),dan alternative jawaban (option).
Kasus/scenario yang dibuat adalah kasus-kasusfactual/nyata, dengan pola
pertanyaan harus berbentuk kata tanya,jelas dan dapat dijawab tanpa melihat option
jawaban.
3.
Penelaahan
Butir Soal
Sebelum
butir soal tersebut digunakan untuk mengkur kompetensipeserta ujian, butir soal
tersebut perlu ditelaah terlebih dahulu. Prosespenelaahan hendaknya dilakukan
oleh orang yang menguasai materi dankonstruksi tes (reviewer), adapun
yang harus dilakukan dalam penelaahan butir soal adalah sebagai berikut:
a.
Menelaah
materi uji (harus relevan dengan kompetensi inti, bahasa dantingkat kesulitan)
b.
Menelaah
struktur soal (stem-option dan atau scenario-stem-option)
c.
Menyusun
kesimpulan telaahan (komentar umum dan saran, keputusanditerima, direvisi,
dikembalikan kepada penyusun atau drop)
Di bawah ini adalah daftar cek yang dapat digunakan
sebagai pedomandalam menelaah butir soal pilihan ganda.
No
|
Deskriptor
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Inti permasalahan yang akan ditanyakan sudahdirumuskan dengan jelas
pada pokok soal
|
||
2
|
Tidak ada pengulangan kata yang sama pada alternative jawaban
|
||
3
|
Tidak ada penggunaan kalimat yang berlebihan pada
pokok soal
|
||
4
|
Alternative jawaban yang disediakan hendaknya logis,homogen, baik dari
segi materi atau panjangpendeknya kalimat, dan pengecoh menarik untukdipilih
|
||
5
|
Pada pokok soal tidak ada petunjuk ke arah jawaban benar
|
||
6
|
Hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar
|
||
7
|
Pokok soal dirumuskan dengan pernyataan positif
|
||
8
|
Tidak ada alternative jawaban yang berbunyi semuajawaban benar atau
semua jawaban salah
|
||
9
|
Alternative jawaban yang berbentuk angka sudahdisusun secara berurutan
|
||
10
|
Suatu butir soal tidak tergantung dari jawaban butirsoal yang lain
|
Catatan
:
·
Konstruksi
butir soal dikatakan baik jika tidak ada tanda cek pada kolom“tidak”
·
Butir
soal yang tidak baik dikembalikan pada pembuat soal untukdiperbaiki, atau di drop.
Jika berdasarkan hasil penelaahan butir soal tersebut
dinyatakan baik,maka butir soal tersebut siap untuk dirakit, diketik, dan
kemudian digandakan.Selama proses pengembangan tes, maka kerahasiaan tes harus
dijaga. Setelah tesdilakukan, maka dengan segera hasilnya diperiksa.
4.
Pemeriksaan
Hasil Ujian Tes
Cara
pemeriksaan pada hasil tes pilihan ganda yang paling banyakdilakukan oleh para
praktisi pendidikan di lapangan adalah dengan pemeriksaansecara manual. Cara
ini tepat dilakukan jika jumlah peserta tes tidak terlalubanyak dan dilakukan
degan cara sebagai berikut:
1)
Buatlah
master jawaban (dari plastik transparansi) dengan mengacu padaformat lembar
jawaban yang digunakan peerta ujian
2)
Gunakan
master jawaban tersebut untuk memeriksa setiap jawaban pesertaujian
3)
Jawaban
peserta ujian yang sesuai dengan jawaban yang ada pada masteradalah jawaban
yang benar, sedangkan jawaban yang tidak sesuaimerupakan jawaban yang salah
4)
Hitung
jumlah jawaban yang benar sebagai dasar untuk menghitung tingkatpenguasaan yang
dicapai peserta ujian.
Setelah didapatkan hasil ujian, maka dilakukan
penilaian berdasarkanPenilaian Acuan Patokan (PAP) yang telah disepakati.
Adapun hasilnyadinyatakan menjadi dua, yaitu: lulus ujian (kompeten) dan atau
tidak lulus(tidak/belum kompeten)
D. Validitas Soal
Pilihan Ganda
Dalam menyusun soal pilihan ganda
ada 3 validitas yang harus terpenuhi, antara lain :
1.
Validitas muka (face validity)
Validitas yang dilakukan dengan cara
melihat soal secara sepintas
- Validitas isi (content
validity)
Validitas isi yang berupa kebenaran
materi (content validity) paling layakditetapkan oleh ahli materi
bersangkutan.
3. Validitas
konstruk (construct validity).
Validitas konstruk mengacu pada
konsep-konsep psikologi yang lebih mendasar. Validitas konstruk lebih tepat
ditetapkan oleh ahli psikologi atau psikometri danbekerjasama dengan ahli materi.
E. Menentukan Tingkat Kesukaran Soal
Pilihan Ganda.
Untuk menentukan tingkat kesukaran soal (P), mari
kita praktikkan contoh soal pilihan ganda berikut :
Air panas akan
bertahan lama jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan ….
a.
Kain
b.
Seng
c.
Keramik
d.
Tembaga
Table hasil analisis karakteristik soal (HAKS)
Kelompok Pilihan
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Atas (KA)
|
1
|
4
|
0
|
5
|
Bawah
(KB)
|
6
|
2
|
2
|
0
|
Jumlah
|
7
|
6
|
2
|
5
|
Keterangan
:
1. Kata
‘Pilihan’ dalam baris pertama tabel artinya pilihan jawaban untuk menjawab
soal,
- Kata ‘Jumlah’ pada baris paling
bawah menunjukkan jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban bersangkutan.
- Jadi,
pilihan jawaban A, B, C, dan D dipilih masing-masing oleh 7, 6, 2, dan 5 siswa. Jumlah keseluruhan
peserta tes atau siswa yang menjawab soal tersebut adalah J = 7 + 6 + 2 + 5 = 20 siswa.
- Dengan
pengetahuan tentang jumlah siswa yang memilih jawaban A, B, C, dan D, maka kita sekarang
dapat menjelaskan satu aspek karakteristik soal yang dinamakan tingkat
kesukaran soal.
- Tanda bintang menunjukkan kunci
soal.
- Dengan melihat jumlah siswa
yang memilih pilihan jawaban D dan jumlah keseluruhan peserta tes, maka
kita peroleh besarnya indeks tingkat kesukaran soal (P).
Atau P = proporsi peserta yang menjawab benar.
Untuk soal dimuka, P= jumlah siswa yang memilih
jawaban D dibagi dengan jumlah keseluruhan peserta tes
Tingkat Kesukaran
|
Rentang Nilai
|
Sukar
|
0,00 – 0,25
|
Sedang
|
0,26 – 0,75
|
Mudah
|
0,76 – 1,00
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dalam menulis soal pilihan ganda yang baik harus
memperhatikan 17 kaidah penulisan soal pilihan ganda. Agar dapat membuat soal
pilihan ganda yang baik ada 3 bagian soal yang harus diperhatikan dan dipenuhi
yaitu: a. Dasar Pertanyaan (stimulus) pertanyaan, Pokok soal (stem) pernyataan, dan Pilihan jawaban (option).
Ada tiga validitas dalam penyusunan soal pilihan ganda, yaitu:
a) validitas muka (face validity), validitas yang dilakukan dengan cara
melihat soal secara sepintas, b) validitas isi (content validity),
validitas isi yang berupa kebenaran materi (content validity) paling
layak ditetapkan oleh ahli materi bersangkutan, c) validitas konstruk (construct
validity), validitas konstruk mengacu pada konsep-konsep psikologi yang
lebih mendasar. Kita dapat mengetahui tingkat kesukaran soal pilihan ganda
dengan cara menghitung. Rumus mengetahui tingkat kesukaran (P) soal pilihan
ganda adalah jumlah jawaban benar dibagi jumlah seluruh peserta tes. Kemudian
ditentukan kategorinya.
B.
Saran
Guru
sebagai penyusun dan pengguna soal tes pilihan ganda diharap memperhatikan
kaidah penulisan soal pilihan ganda. Dalam menentukan tingkat kesukaran soal
pilihan ganda hendaknya merata dalam satu paket soal. Akhirnya semoga, ilmu
yang sedikit ini dapat sebagai literatur/ acuan guru dalam menentukan soal tes
pilihan ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknis Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia.
Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sukardi, 2012.Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B dan Satria Koni. 2013. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment