Friday, 16 May 2014

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PENDIDIKAN DASAR




  M A K A L A H

“PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PENDIDIKAN DASAR”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu Dr. Sarwi, M.Si.





Kelompok 5

Tatang Suharno           NIM. 0103513100
Wiwik Faridha             NIM. 0103513003
Umi Lathifah                NIM. 0103513147






 
 





PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI PGSD
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013/2014


KATA PENGANTAR

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan oleh individu, maka akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi individu itu dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sebaliknya apabila individu gagal menuntaskan tugasnya, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan bagi individu tersebut dan mengalami kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
   Pendidik berkewajiban untuk membahagiakan dan mensejahterakan peserta didik. Salah satu faktor yang dapat membahagiakan peserta didik yaitu apabila mereka mampu menuntaskan tugas-tugas perkembanganya. Oleh sebab itu para pendidik perlu mempelajari perkembagan peserta didik  termasuk tugas-tugas perkembangannya. Dalam konteks pendidikan dasar, para pendidik sebaiknya memahami perkembangan peserta didik anak sekolah dasar dan anak sekolah menengah pertama. Mereka sedang berada pada masa anak-anak dan remaja. Modul ini difokuskan pada perkembangan masa anak dan remaja..












i
 
 




 


 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................   i
DAFTAR ISI  ....................................................................................................    ii

BAB I   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ..............................................................................    1
B.       Rumusan Masalah ........................................................................      2
C.       Tujuan ...........................................................................................     2
D.      Manfaat .........................................................................................    2

BAB II   PEMBAHASAN
A.      Konsep Perkembangan (Growt) ....................................................    3
B.       Tahapan Perkembangan .................................................................    5
C.       Fase Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar Menurut Para Ahli .................................................................................................    8
1.  Karakteristik Kognitif ................................................................   8
2.  Karakteristik Motorik ................................................................  10
3.  Karakteristik Kemampuan Bahasa ............................................   10
4.  Karakteristik Soaial-Moral/Emosional ......................................   10
D.      Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan .........................   13
E.       Hukum-hukum (princiles) Perkembangan dan Implikasinya dengan Pendidikan  .....................................................................................               15

BAB III   SIMPULAN ......................................................................................  18

BAB IV   DAFTAR PUSTAKA ....................................................................    ....            19



ii
 
 


BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Begitu pentingnya menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik telah dibuktikan oleh banyak penelitian, yang selanjutnya melahirkan konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP). Suatu pendekatan pendidikan/pembelajaran yang menganjurkan agar mempertimbangkan karakteristik kemampuan dan perkembangan siswa.  Menurut konsep DAP dari Bredekamp (Ihsan: 1986,28) ada dua komponen utama yang harus diperhatikan dari peserta didik yaitu unsur perkembangan (Growth) dan unsur karakteristik individual yang khas (individual appropriateness).
Atas dasar itulah agar proses pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka setiap pendidik dalam hal ini guru mutlak harus mengenal subjek didik di sekolah dasar. Karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada intinya adalah untuk menimbulkan proses aktif belajar peserta didik. Agar upaya intervensi pendidikan guru bisa efektif, maka upaya intervensi pendidikan itu harus sejalan dengan karakteristik peserta didik pada jenjang yang bersangkutan. Pembelajaran hendaknya dilakukan dari mana awal keberadaan peserta didik. Dalam hal ini bisa berarti kemampuan dan sifat-sifat yang ada pada peserta didik usia sekolah dasar. 
Oleh karena itu, guru yang bertugas pada jenjang sekolah dasar harus memahami konsep, prinsif/hukum, fakta-fakta penting, sifat-sifat/karakteristik perkembangan pada anak usia pendidikan dasar. Agar proses pembelajaran yang dilakukan  bisa selaras dengan kemampuan, potensi dan perkembangan peserta didik sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dasar pada jenjang sekolah dasar dapat terwujud.
1
 
 


B.      
2
 
Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
2.      Bagaimana sifat/karakteristik perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
3.      Bagaimanakah tugas perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
C.      Tujuan
1.      Memahami konsep perkembangan peserta didik pendidikan dasar.
2.      Memahami sifat/karakteristik perkembangan peserta didik pendidikan dasar
3.      Memahami tugas perkembangan peserta didik pendidikan dasar.
4.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
D.      Manfaat
1.      Menambah wawasan keilmuan tentang perkembangan peserta didik pendidikan dasar
2.      Membantu perkembangan peserta didik pendidikan dasar secara optimal.
















 
BAB  II

PEMBAHASAN
A.      Konsep Perkembangan
Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan  konsep perkembangan, antara lain pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmani atau fisik. Kematangan merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya.  Belajar adalah perubahan dalam pola sambutan atau perilaku tertentu sebagai hasil usaha individu dalam batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu berlangsung secara disengaja dan bertujuan (intensional) diusahakan oleh indvidu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan
3
 
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh individu menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikisnya serta bersifat kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan ukuran pada tinggi dan berat badan seseorang atau kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak stuktur dan fungsi yang kompleks. Proses perkembangan pada diri individu yang sedang mengalami proses pendidikan perlu dipahami oleh para pendidik. Apakah peserta didik mengalami perkembangan atau sebaliknya. (Hurlock, 1980: 2)
4
 
Sehubungan dengan perkembangan ini, Candida Peterson (1996: 20) menjelaskan bahwa perubahan yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi empat kriteria berikut ini.
1.      Permanen. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat permanen, bukan perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kejadian insidental.
Contoh : Perubahan permanen. Perkembangan kognitif anak usia 2 sampai 7 tahun.
a.    Anak dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciri tertentu yang memiliki ciri yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya.
b.    Anak dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau kriteria tertentu.
c.    Anak dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik kesimpulan dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan yang sama.
Contoh perubahan yang tidak permanen.
a.  Anak tidak dapat berbicara, karena sakit tenggorokan.
b.  Anak tidak dapat melihat dengan jelas, karena sakit mata.
  c.  Anak tidak mengantuk karena sudah minum kopi
2.       Kualitatif. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat fungsional dan total, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Contoh perubahan yang  fungsional. Perkembangan bahasa anak sekolah usia 6-8 tahun. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka anak tersebut dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng yang penuh fantasi. 
3. Progresif. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan itu terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagi situasi atau perubahan yang terjadi di lingkungan.
4.              Universal. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat umum dan dialami oleh individu lain pada tahapan usia yang hampir sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan berlangsung secara bertahap. Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik fisik maupun psikisnya. Sehubungan dengan proses perkembangan ini, Abin Syamsuddin (2005: 83) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan bersifat maju meningkat dan/ atau mendalam dan/ atau meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progresif).
5
 
B.       Tahapan Perkembangan
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai berikut.
1.      Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau mendalam dan/atau meluas baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progressif).
2.      Bahwa perubahan yang terjadi antarbahagian dan/atau fungsi organisme itu terdapat interdependensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip sistematik).
3.      Bahwa perubahan pada bahagian atau fungsi organisme itu berlansung secara beraturan dan berurutan dan tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip bersinambungan).
Memperhatikan kompleksitas dari sifat perkembangan perilaku dan pribadi individu itu maka untuk keperluan studi yang saksama, para ahli telah mencoba mengembangkan model pentahapan (stages) mengenai proses perkembangan tersebut sehingga memungkinkan pilihan fokus observasi pada aspek atau fase tertentu baik secara longitudinal maupun cross sectional. Beberapa contoh model tersebut antara lain dikembangkan oleh beberapa ahli berikut ini.
6
 
1) Aristoteles (384 - 233 SM)
Ia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam tiga tahapan berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.
Nama Tahapan
Waktu
Indikator
1) Masa kanak-kanak
0;0 – 7;0
Pergantian gigi
2) Masa anak sekolah
7;0 - 14;0
Gejala pubertas
3) Masa Remaja
14;0 - 21;0
(Ciri-ciri primer dan sekunder)

2) Hurlock (1952)
Ia membagi fase-fase perkembangan individu secara lengkap sebagai berikut ini.
Nama Tahapan
Waktu
Indikator
1) Prenatal
conception - 280 days
Perubahan perubahan
2) Infancy
0 – 10 to 14 days
Psikofisis
3) Babyhood
2 weeks - 2 years

4) Childhood
2 years – adolescence

5) Adolescence
13 (girls) - 21 years )


14 (boys) - 21 years

6) Adulthood
21 – 25 years

7) Middle age
25 – 30 years

8) Old age
30 years – death


3) Piaget (1961)
Dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Piaget mengembangkan model pentahapan perkembangan individu sebagai berikut ini.

  Tahapan
7
 
Waktu
1) Sensorimotor
0 - 2 years
2) Preoperational
2 - 7 years
a. Preconceptual
2 - 4 years
b. Intuitive
4 - 7 years
3) Concrete operations
7 - 11 years
4) Formal operations
11 – 15 years

4) Erikson (1963)
Ia mengamati beberapa segi perkembangan kepribadian dan mengembangkan model pentahapan perkembangan tanpa menunjukkan batas umur yang jelas atau tegas, namun menunjukkan komponen yang menonjol pada setiap fase perkembangan.

Developmental stages

Basic Components
1)
Infancy
Trust vs mistrust
2)
Early childhood
Autonomy vs shame, doubt
3)
Preschool age
Initiative vs guilt
4)
Schoolage
Industry vs inferiority
5)
Adolescence
Identity vs identity confusion
6)
Young adulthood
Intimacy vs isolation
7)
Adulthood
Generativity vs stagnation
8)
Senescence
Ego integrity vs despair.

5) Witherington (1952)
Ia mengobservasi penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktek pendidikan, ia membagi tahapan perkembangan yang lamanya masing-masing tiga tahun sampai menjelang dewasa.
Tahapan
8
 
Indikator
1)  0,0-3,0
2)  3,0-6,0
3)  6,0-9,0
4)  9,0-12,0
5)  12,0-15,0
6)  15,0-18,0
Perkembangan fisik yang pesat
Perkembangan mental yang pesat
Perkembangan sosial yang pesat
Perkembangan sikap individualis
Awal penyesuaian sosial
Awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa

C.      Fase Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar Menurut Para Ahli
Fase perkembangan peserta didik pendidikan dasar dapat dibagi berdasarkan karakteristiknya,  yaitu : Karakteristik Kognitif, Karakteristik Motorik, Karakteristik Kemampuan Bahasa, Karakteristik Sosial-Moral/Emosional
1.                                   Karakteristik Kognitif
Menurut Piaget perkembangan kognitif manusia dibedakan atas empat tahapan :
a.    Tahap Sensori Motor (0 -2 tahun)
Intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi praktis (practical intelegence) yaitu berbuat terhadap lingkungan sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang ia perbuat. Belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
b.    Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Menguasai secara sempurna tentang objek permanent. Muncul kemampuan baru yaitu representation atau mental represatation. Kemampuan ini mendasari kemampuan objek permanen. Muncul watak egosentris.
c.   
9
 
Tahap kongkret-operasional (7-11 tahun)
Kemampuan berpikir intuitif (berdasarkan ilham) terus berkembang.
Muncul kemampuan baru yaitu satuan langkah berpikir (system of operation), yang berguna untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan  peristiwa tertentu dalam sistem pikirannya sendiri.
Sistem operasi kognitif itu meliputi:
1)   Konservasi/pengekalan (conservation). Memahami aspek kumulatif (volume dan jumlah) dan kuantitatif materi. Anak memahami bahwa  aspek kuantitatif materi tidak akan berubah secara sembarangan, hanya karena perubahan tempat dimana benda itu berada atau hanya karena adanya proses gerakan tertentu saja.
2)   Penambahan golongan benda (Addition of classes). Kemampuan  mengenaliadanya superordinat dan subordinate dari suatu benda. Misalnya: mawar dan  melati termasuk golongan bunga. Atau dalam golongan bunga ada mawar  dan melati.
3)   Pelipatgandaan golongan benda (multiplication of classes).
Kemampuan mempertahankan dimensi tertentu dari suatu benda untuk dijadikan dasar pengelompokkan. Atau sebaliknya memisahkan suatu benda berdasarkan suatu ciri atau dimensi tertentu. Dengan kata lain, sudah mampu mengelompokkan suatu benda dengan berdasarkan kategori tertentu.
Catatan : Pada usia ini sifat egosentris mulai berkurang, anak baru bisa berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret saja
d.   Tahap formal-operasional (11-15 tahun)
Anak sudah menjelang remaja. Ada jenis perkembangan kemampuan kognitif penting pada tahap ini, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan secara simultan (serentak) maupun secara berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu: kapasitas menggunakan hipotesis; dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
2.                                  
10
 
Karakteristik Motorik
Pada usia sekolah dasar kemampuan motorik telah berkembang dengan baik. Keadaan fisik telah tumbuh secara proposional. Demikian juga dengan kemampuan geraknya sudah baik, bisa mengkoordinasi atau mengontrol gerak dan keseimbangan anggota badannya. Bukan gerak motorik yang terjadi secara instinktif seperti pada masa fase sebelumnya.
Pada usia ini juga anak sudah bisa duduk dengan tenang untuk mengikuti suatu aktivitas dalam rentang waktu tertentu. Karateristik lainnya adalah anak suka untuk melakukan aktivitas jasmaniah untuk eksplorasi pengalaman baru.
3.                                   Karakteristik Kemampuan Bahasa
Kemampuan bahasa sudah berkembang. Sudah  bisa menggunakan bahasa untuk menyampaikan gagasan atau pikirannya.   Apabila menemukan kata yang tidak dimengertinya, siswa akan bertanya. Oleh karena itu, orang dewasa termasuk guru di sekolah akan mendapat banyak pertanyaan dari anak. Yang terkadang pertanyaan itu tidak mudah untuk dijawab. Dalam pengertian harus dipikirkan secara baik, bagaimana penjelasan atau jawaban sebaiknya disampaikan agar bisa sejalan dengan kemampuan kognitif anak, sehingga jawaban bisa dimengerti oleh anak
4.                                   Karakteristik Sosial-Moral/Emosional
a.    Menurut Piaget
    Berikut teori tiga tahap perkembangan moral menurut Piaget
Usia
Tahap
Ciri Khas
4-7 tahun





7-10 tahun


11 tahun ke atas.



Realisme moral
(pra-operasional)




Masa transisi (Konkret Operasional)

Otonomi moral, realisme,
dan resiprositas (formal operasional)
1. Memusatkan pada akibat-
    akibat perbuatan.
2. Aturan-aturan tak berubah
3. Hukuman atas pelanggaran 
    besifat otomatis

Perubahan secara bertahap ke pemilikian moral tahap kedua.
11
 
 

1. Mempertimbangkan tujuan-
    tujuan perilaku moral
2.Menyadari bahwa aturan moral
    adalah tradisi yang dapat 
    berubah.

b.             Menurut Kholberg
Menurut Kohlberg, ada tiga tingkat perkembangan moral individu yang masing-masing tingkat memiliki dua tahap perkembangan,  yaitu moralitas tahap prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Pada usia sekolah dasar ada pada tingkat I dan II dengan ciri-ciri sebagai berikut.

Tahap
Tahap
Konsep Moral
Tingkat I









Tingkat II















Tingkat III
Moralitas prakonsensional
(usia 4-10 tahun)
Tahap I: memperhatikan ketaatan dan hukum
Tahap 2 : memperhatikan pemuasan kebutuhan.


Moralitas konvensional (10-13 tahun)
Tahap 3:
Memperhatikan citra “anak baik”.






Tahap 4:
Memperhatikan hukum dan peraturan


Moralitas pascakonvensio-nal (usia 13 tahun ke atas).
Tahap 5: memperhatian hak perseorangan






Tahap 6; memperhatikan prinsip-prinsip etika.


1. Anak menentukan keburukan 
    perilaku berdasarkan hukuman 
    akibat keburukan perilaku 
    tersebut.
2. Perilaku baik  dari hukuman.
Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
1. Anak dan remaja berperilaku
    sesuai dengan aturan dan 
    patokan moral agar memperoleh 
    persetujuan orang dewasa, 
    bukan untuk menghindari 
    hukuman.
2. Perbuatan baik dan buruk dinilai 
    berdasarkan tujuannya. Jadi 
    kesadaran terhadap perlunya
    aturan.

1. Anak dan remaja memiliki sikap 
    pasti terhadap wewenang dan 
    aturan.
2. Hukum harus ditaati oleh semua 
    orang.
1.  Remaja dan dewasa mengganti
     perilaku baik dengan hak pribadi   
12
 
     sesuai dengan aturan dan
     patokan sosial.
2. Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika diperlukan untuk hal-hal yang paling baik.
3.  Pelanggaran hukum dan aturan 
     dapat terjadi karena hal-hal   tertetntu.

1. Keputusan mengenai perilaku-perilaku sosial didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kepentingan umum dan kebaikan orang lain.
2. keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat, meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk mengekal aturan sosial.

c.   
15
 
Menurut Bandura
 Bandura memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui proses peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespon suatu stimulus tertentu. Siswa juga mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan (conditioning) dan peniruan (imitiation). Dalam conditioning, reward dan punishment serta adanya standar moral adalah konsep dasar yang sangat penting.
D.     
13
 
Faktor-faktor yang Memengaruhi  Perkembangan
Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan individu, ialah: faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature), faktor Lingkungan (environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nurture) dan faktor waktu (time) yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation).
Ketiga faktor dominan itu dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara aktif, yang dapat dijelaskan secara fungsional atau regresional dengan formula-formula P = f (H, E, T).
Formula ini dipergunakan untuk menjelaskan seberapa besar bobot (weight) kontribusi dan bagaimana arahnya (positif atau negatif) dari setiap faktor dominan (H = heredity /nurture, E= environment/lingkungan, dan T = time/maturation/kematangan) tersebut terhadap perkembangan perilaku dan pribadi (P) seseorang.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan individu adalah perubahan budaya. Karena perkembangan individu itu dibentuk untuk menyesuaian diri dengan standar-standar budaya dan segala hal yang ideal, maka perubahan-perubahan dalam standar tersebut akan mempengaruhi pola perkembangan. Misalnya, di masa lalu standar pola perilaku anak laki-laki dalam banyak hal sangat berbeda dari standar perilaku yang dianggap tepat untuk anak perempuan. Orang tua dan guru mengetahui bahwa mereka diharapkan membentuk perilaku anak-anak agar sesuai dengan standar yang berlaku. Sekarang ini, adanya beberapa orang dewasa yang lebih menyukai peran seks yang tradisional dan orang-orang lain lebih menyukai persamaan peran seks. Orang tua dan guru sering kali tidak tahu pola budaya mana yang dipakai sebagai standar.
14
 
Kalau orang-orang dewasa menentukan bahwa gaya hidup santai, dan ceria lebih bermanfaat ketimbang sekedar menumpuk uang dan apabila nilai budaya seperti ini dapat diterima oleh kelompok sosial golongan mereka, maka gaya hidup demikian dengan jelas mempengatuhi pola perkembangan minat dan perilaku anak-anak mereka sepanjang kehidupannya. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan satu orang tua, akan belajar menyesuaikan dengan standar perilaku yang dapat diterima secara budaya bagi keluarga dengan satu orang tua. Standar keluarga dengan satu orang tua dalam banyak hal berbeda dengan standar dari keluarga dengan dua orang tua.
Walaupun sebagian besar perkembangan itu akan terjadi karena kematangan dan pengalaman-pengalaman dari lingkungan, masih banyak yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan seoptimal mungkin. Ini dapat dilakukan dengan merangsang perkembangan yang secara langsung mendorong individu untuk mempergunakan kemampuan yang terdapat dalam proses pengembangannya. Rangsangan ternyata paling efektif pada saat suatu kemampuan sedang berkembang secara normal, sekalipun di setiap saat juga penting.
Acara pendidikan di televisi berhasil merangsang minat baca anak-anak prasekolah. Akibatnya, anak-anak yang secara teratur mengikuti acara ini lebih cepat belajar membaca ketimbang mereka yang tidak menontonnya dan di tingkat usia mana pun kemampuan membaca mereka lebih unggul.
Semakin sering orang tua berbicara dengan anak-anak yang menjelang usia sekolah, semakin cepat  anak-anak ini belajar berbicara dan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara. Sama halnya, rangsangan terhadap otot-otot selama tahun-tahun pertama menyebabkan kemampuan koordinasi motorik terjadi lebih cepat dan lebih baik.
Penelitian terhadap usia lanjut mengungkapkan bahwa rangsangan dapat membantu mencegah kemunduran fisik dan mental. Mereka secara fisik dan mental tetap aktif  pada usia tua tidak terlampau menunjukkan kemunduran fisik dan mental dibanding dengan mereka yang menganut „filsafat kursi goyang“ terhadap masalah usia tua dan menjadi tidak aktif karena kemampuan-kemampuan fisik dan mental mereka sedikit sekali memperoleh rangsangan.
E.      
15
 
Hukum-hukum (Principles) Perkembangan  dan Implikasinya bagi Pendidikan
Prinsip perkembangan itu di antaranya adalah  bahwa semua individu itu berbeda. Seperti yang ditekankan oleh Dobzhansky (Hurlock, 1980: 7) bahwa setiap orang secara biologis dan genetis benar-benar berbeda satu dari yang lainnya, bahkan dalam kasus bayi kembar. Terbukti bahwa perbedaan-perbedaan itu semakin bertambah, bukannya mengurang, semenjak anak-anak beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan akhirnya ke usia lanjut. Selanjutnya Neugarten (Hurlock, 1980: 7) menjelaskan bahwa orang dewasa tidak saja jauh lebih kompleks daripada anak-anak, tetapi juga mereka juga lebih berbeda antara satu dari yang lainnya, dan perbedaan ini semakin meningkat dengan beralihnya mereka dari usia muda ke usia lanjut.
Prinsip perkembangan selanjutnya adalah bahwa setiap tahapan perkembangan mempunyai pola perilaku yang khusus. Pola-pola itu ditandai dengan periode equilibrium dan disequilibrium. Periode equilibrium ditandai apabila individu dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan dan akhirnya berhasil mengadakan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik. Adapun periode disequilibrium ditandai apabila individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian yang mengakibatkan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial menjadi buruk.
Selanjutnya Abin Syamsuddin (2005) menjelaskan beberapa prinsip atau hukum perkembangan dan implikasinya dalam pendidikan sebagai berikut ini.
Prinsip/Hukum
Implikasi
a. Perkembangan dipengaruhi
   oleh faktor-faktor pembawaan,
   lingkungan dan kematangan.
  
a.    Pengembangan (penyusunan, pemilihan, penggunaan) materi, strategi, metodologi, sumber,
16
 
evaluasi belajar-mengajar hendaknya mem-perhatikan ketiga faktor tersebut.
b. Proses perkembangan itu
    berlangsung secara bertahap
    (progresif, sistematik, ber-
    kesinambungan.

b.    Program (kurikulum) belajar-mengajar disusun secara bertahap dan berjenjang:
1)         dari sederhana menuju kompleks;
2)         dari mudah menuju sukar;
3)         sistem belajar-mengajar di-organisasikan agar terlak-sananya prinsip:
(a)    mastery learning (belajar tuntas).
(b)   continuous progress (maju berkelanjutan).
c. Bahagian-bahagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis perkembangan dan tingkat kematangan masing-masing. Meskipun demikian, sebagai kesatuan organis dalam prosesnya terdapat korelasi dan bahkan kompensatoris antara yang satu dengan yang lainnya.
c.     Sampai batas tertentu, program dan strategi belajar-mengajar seyogianya dalam bentuk:
       1) correlated, curriculum, atau
  2) broadfields, atau
  3)  subject matter oriented, (sampai batas tertentu pula).

d. Terdapat variasi dalam tempo dan irama perkembangan antar-individual dan kelom-pok tertentu (menurut latar belakang jenis, geografis dan kultural).
d.   Program dan strategi belajar-mengajar, sampai batas tertentu, seyogianya diorga­nisasikan agar memungkin-kan belajar secara individual di samping secara kelompok (misalnva dengan sistem pengajaran Modul atau SPM).
e. Proses perkembangan itu pada taraf awalnya lebih bersifat diferensiasi dan pada akhirnya lebih bersifat integrasi antar­bahagian dan fungsi organisme.
e. Program dan strategi belajar-mengajar seyogianya: diorga-nisasikan agar memung­kinkan proses yang bersifat
1) deduktif - induktif
2) analisis - sintesis
3)  global - spefisik – global.
f. Dalam batas-batas masa peka, perkem­bangan dapat diper-cepat atau diperlambat oleh kondisi lingkungan.
17
 
f. Program dan strategi belajar-mengajar seyogianya dikem-bangkan dan diorganisasikan agar merangsang, memper-cepat, dan menghindari ekses memperlambat laju perkem-bangan anak didik.
g.    Laju perkembangan anak berlangsung lebih pesat pada periode kanak-kanak dari periode-periode berikutnya.
g. Lingkungan hidup dan pen-didikan kana-k­anak (TK) amat penting untuk memperkaya pengalaman dan mempercepat laju perkembangannya.






















BAB  III
SIMPULAN
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan bersifat kualitatif artinya bahwa perkembangan bukan sekedar perubahan ukuran fisik, melainkan suatu proses integrasi dari banyak stuktur dan fungsi yang kompleks.
Empat kriteria perubahan yang dikategorikan sebagai perkembangan :        (1) permanen, (2) kualitatif, (3) progresif (4) universal.
Fase perkembangan peserta didik pendidikan dasar dibagi berdasarkan 4 karakteristik,  yaitu : (1) Karakteristik Kognitif, (2) Karakteristik Motorik,          (3) Karakteristik Kemampuan Bahasa, (4) Karakteristik Sosial-Moral/Emosional.
a.    Piaget membedakan perkembangan kognitif manusia atas empat tahapan : (1) Sensori Motor (0 -2 tahun), (2) pra-operasional (2-7 tahun), (3) kongkret-operasional (7-11 tahun), (4) formal-operasional (11-15 tahun).
b.    Kholberg membagi perkembangan moral individu menjadi tiga tingkat yang masing-masing tingkat memiliki dua tahap perkembangan,  yaitu moralitas tahap prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional.
c.    Bandura mengemukakan perlunya pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan (conditioning) dan peniruan (imitiation). Dalam conditioning, reward dan punishment serta adanya standar moral adalah konsep dasar yang sangat penting.







18
 
 



 
BAB  IV

DAFTAR PUSTAKA
Hurloch, Elizabeth. (1980). Developmental Psychology. New York: Mc.Graw-Hill, Inc.
Ihsan, F. H. (1996). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peterson, Candida. (1996). Looking Forward Throught The Lifespan: Developmental Psychology. Sydney, Australia: Prentice Hall
Syamsuddin Makmun, Abin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya

19
 
11
 
 

No comments:

Post a Comment