M
A K A L A H
“PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
PENDIDIKAN
DASAR”
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu Dr. Sarwi, M.Si.
Kelompok 5
Tatang
Suharno NIM. 0103513100
Wiwik
Faridha NIM. 0103513003
Umi
Lathifah NIM. 0103513147
PENDIDIKAN
DASAR KONSENTRASI PGSD
PROGAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013/2014
KATA PENGANTAR
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila tugas itu dapat
berhasil dituntaskan oleh individu, maka akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan bagi individu itu dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sebaliknya
apabila individu gagal menuntaskan tugasnya, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan
bagi individu tersebut dan mengalami kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.
Pendidik berkewajiban untuk
membahagiakan dan mensejahterakan peserta didik. Salah satu faktor yang dapat
membahagiakan peserta didik yaitu apabila mereka mampu menuntaskan tugas-tugas
perkembanganya. Oleh sebab itu para pendidik perlu mempelajari perkembagan
peserta didik termasuk tugas-tugas
perkembangannya. Dalam konteks pendidikan dasar, para pendidik sebaiknya
memahami perkembangan peserta didik anak sekolah dasar dan anak sekolah
menengah pertama. Mereka sedang berada pada masa anak-anak dan remaja. Modul
ini difokuskan pada perkembangan masa anak dan remaja..
|
|
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR
ISI .................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah
........................................................................ 2
C. Tujuan
........................................................................................... 2
D. Manfaat
......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Konsep
Perkembangan (Growt)
.................................................... 3
B. Tahapan
Perkembangan ................................................................. 5
C. Fase
Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar Menurut Para Ahli
................................................................................................. 8
1. Karakteristik Kognitif
................................................................ 8
2. Karakteristik Motorik
................................................................ 10
3. Karakteristik Kemampuan Bahasa
............................................ 10
4. Karakteristik Soaial-Moral/Emosional
...................................... 10
D. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Perkembangan ......................... 13
E. Hukum-hukum
(princiles) Perkembangan dan
Implikasinya dengan Pendidikan ..................................................................................... 15
BAB
III SIMPULAN ...................................................................................... 18
BAB
IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................... .... 19
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu
pentingnya menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik telah
dibuktikan oleh banyak penelitian, yang selanjutnya melahirkan konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Suatu pendekatan pendidikan/pembelajaran yang menganjurkan agar
mempertimbangkan karakteristik kemampuan dan perkembangan siswa. Menurut konsep DAP dari Bredekamp (Ihsan: 1986,28)
ada dua komponen utama yang harus diperhatikan dari peserta didik yaitu unsur
perkembangan (Growth) dan unsur
karakteristik individual yang khas (individual
appropriateness).
Atas
dasar itulah agar proses pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang
diharapkan maka setiap pendidik dalam hal ini guru mutlak harus
mengenal subjek didik di sekolah dasar. Karena proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada intinya adalah untuk menimbulkan
proses aktif belajar peserta didik. Agar upaya intervensi pendidikan guru bisa efektif,
maka upaya intervensi pendidikan itu harus sejalan dengan karakteristik peserta
didik pada jenjang yang bersangkutan. Pembelajaran hendaknya dilakukan dari mana
awal keberadaan peserta didik. Dalam hal ini bisa berarti kemampuan dan sifat-sifat
yang ada pada peserta didik usia sekolah dasar.
Oleh karena itu, guru yang bertugas pada jenjang sekolah
dasar harus memahami konsep, prinsif/hukum, fakta-fakta penting,
sifat-sifat/karakteristik
perkembangan pada anak usia pendidikan dasar. Agar proses pembelajaran yang dilakukan bisa selaras dengan kemampuan, potensi dan perkembangan peserta didik
sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dasar pada jenjang sekolah dasar
dapat terwujud.
|
B.
|
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
konsep perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
2. Bagaimana
sifat/karakteristik perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
3. Bagaimanakah
tugas perkembangan peserta didik pendidikan dasar?
C.
Tujuan
1. Memahami
konsep perkembangan peserta didik pendidikan dasar.
2. Memahami
sifat/karakteristik perkembangan peserta didik pendidikan dasar
3. Memahami
tugas perkembangan peserta didik pendidikan dasar.
4. Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
D.
Manfaat
1. Menambah
wawasan keilmuan tentang perkembangan peserta didik pendidikan dasar
2. Membantu
perkembangan peserta didik pendidikan dasar secara optimal.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perkembangan
Terdapat
beberapa istilah yang berhubungan dengan
konsep perkembangan, antara lain pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada
segi jasmani atau fisik. Kematangan merupakan titik kulminasi dari suatu fase
pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi psikofisik untuk
menjalankan fungsinya. Belajar adalah
perubahan dalam pola sambutan atau perilaku tertentu sebagai hasil usaha
individu dalam batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat
dibedakan bahwa perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu berlangsung secara
disengaja dan bertujuan (intensional)
diusahakan oleh indvidu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti
pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya
pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan
|
Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh individu
menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikisnya
serta bersifat kualitatif.
Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan ukuran pada tinggi dan
berat badan seseorang atau kemampuan seseorang, melainkan suatu proses
integrasi dari banyak stuktur dan fungsi yang kompleks. Proses perkembangan
pada diri individu yang sedang mengalami proses pendidikan perlu dipahami oleh
para pendidik. Apakah peserta didik mengalami perkembangan atau sebaliknya. (Hurlock, 1980: 2)
|
Sehubungan dengan
perkembangan ini, Candida Peterson (1996: 20) menjelaskan bahwa perubahan yang
dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi empat kriteria berikut
ini.
1. Permanen. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat
permanen, bukan perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kejadian
insidental.
Contoh : Perubahan permanen. Perkembangan kognitif anak usia 2 sampai 7
tahun.
a. Anak dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu
ciri tertentu yang memiliki ciri yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan
dalam hal yang lainnya.
b. Anak dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan
suatu ciri atau kriteria tertentu.
c. Anak dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik
kesimpulan dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam
susunan yang sama.
Contoh perubahan
yang tidak permanen.
a. Anak tidak dapat berbicara, karena sakit
tenggorokan.
b. Anak
tidak dapat melihat dengan jelas, karena sakit mata.
c.
Anak
tidak mengantuk karena sudah minum kopi
2.
Kualitatif. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat
fungsional dan total, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah
dimiliki sebelumnya.
Contoh perubahan yang
fungsional. Perkembangan bahasa anak sekolah usia 6-8 tahun. Dengan
dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka anak
tersebut dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng yang penuh
fantasi.
3. Progresif. Perubahan yang terjadi dalam
perkembangan merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan itu terkait
dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagi situasi atau
perubahan yang terjadi di lingkungan.
4. Universal. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat umum
dan dialami oleh individu lain pada tahapan usia yang hampir sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan berlangsung secara bertahap. Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu
menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik fisik maupun psikisnya. Sehubungan dengan proses perkembangan ini, Abin
Syamsuddin (2005: 83) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam proses
perkembangan bersifat maju meningkat dan/ atau mendalam dan/ atau meluas, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progresif).
|
B.
Tahapan
Perkembangan
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai berikut.
1.
Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau mendalam dan/atau meluas
baik secara
kuantitatif maupun kualitatif (prinsip
progressif).
2.
Bahwa perubahan
yang
terjadi antarbahagian dan/atau fungsi organisme itu terdapat interdependensi sebagai kesatuan integral yang harmonis
(prinsip sistematik).
3.
Bahwa perubahan
pada bahagian atau fungsi
organisme itu berlansung secara beraturan
dan berurutan dan tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip bersinambungan).
Memperhatikan kompleksitas dari sifat perkembangan
perilaku dan pribadi individu itu maka untuk keperluan studi yang saksama, para
ahli telah mencoba mengembangkan model pentahapan (stages) mengenai proses perkembangan tersebut sehingga memungkinkan
pilihan fokus observasi pada aspek atau fase tertentu baik secara longitudinal maupun cross sectional. Beberapa contoh model tersebut antara lain
dikembangkan oleh beberapa ahli berikut ini.
|
1) Aristoteles (384 - 233 SM)
Ia membagi masa perkembangan individu sampai
menginjak dewasa dalam tiga tahapan berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.
Nama
Tahapan
|
Waktu
|
Indikator
|
1)
Masa kanak-kanak
|
0;0
– 7;0
|
Pergantian gigi
|
2)
Masa anak sekolah
|
7;0
- 14;0
|
Gejala pubertas
|
3)
Masa Remaja
|
14;0
- 21;0
|
(Ciri-ciri primer dan sekunder)
|
2)
Hurlock (1952)
Ia membagi fase-fase perkembangan individu secara lengkap
sebagai berikut ini.
Nama Tahapan
|
Waktu
|
Indikator
|
1)
Prenatal
|
conception - 280 days
|
Perubahan
perubahan
|
2)
Infancy
|
0 – 10 to 14 days
|
Psikofisis
|
3)
Babyhood
|
2
weeks - 2 years
|
|
4)
Childhood
|
2
years – adolescence
|
|
5)
Adolescence
|
13
(girls) - 21 years )
|
|
|
14
(boys) - 21 years
|
|
6)
Adulthood
|
21
– 25 years
|
|
7)
Middle age
|
25
– 30 years
|
|
8)
Old age
|
30
years – death
|
|
3)
Piaget (1961)
Dengan mengobservasi
aspek perkembangan intelektual, Piaget mengembangkan model pentahapan
perkembangan individu sebagai berikut ini.
Tahapan
|
Waktu
|
||
1)
Sensorimotor
|
0 - 2 years
|
||
2) Preoperational
|
2 - 7 years
|
||
a.
Preconceptual
|
2 - 4 years
|
||
b.
Intuitive
|
4 - 7 years
|
||
3) Concrete operations
|
7 - 11 years
|
||
4) Formal operations
|
11 – 15 years
|
4) Erikson (1963)
Ia mengamati beberapa
segi perkembangan kepribadian dan mengembangkan model pentahapan perkembangan
tanpa menunjukkan batas umur yang jelas atau tegas, namun menunjukkan komponen
yang menonjol pada setiap fase perkembangan.
Developmental
stages
|
Basic Components
|
|
1)
|
Infancy
|
Trust vs mistrust
|
2)
|
Early
childhood
|
Autonomy
vs shame, doubt
|
3)
|
Preschool
age
|
Initiative
vs guilt
|
4)
|
Schoolage
|
Industry
vs inferiority
|
5)
|
Adolescence
|
Identity
vs identity confusion
|
6)
|
Young
adulthood
|
Intimacy
vs isolation
|
7)
|
Adulthood
|
Generativity
vs stagnation
|
8)
|
Senescence
|
Ego
integrity vs despair.
|
5) Witherington (1952)
Ia mengobservasi
penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktek
pendidikan, ia membagi tahapan perkembangan yang lamanya masing-masing tiga
tahun sampai menjelang dewasa.
Tahapan
|
Indikator
|
||
1) 0,0-3,0
2) 3,0-6,0
3) 6,0-9,0
4) 9,0-12,0
5) 12,0-15,0
6) 15,0-18,0
|
Perkembangan
fisik yang pesat
Perkembangan
mental yang pesat
Perkembangan
sosial yang pesat
Perkembangan
sikap individualis
Awal
penyesuaian sosial
Awal
pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa
|
C.
Fase
Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar Menurut Para Ahli
Fase perkembangan peserta didik
pendidikan dasar dapat dibagi berdasarkan karakteristiknya, yaitu : Karakteristik Kognitif, Karakteristik
Motorik, Karakteristik Kemampuan Bahasa, Karakteristik Sosial-Moral/Emosional
1.
Karakteristik
Kognitif
Menurut Piaget perkembangan
kognitif manusia dibedakan atas empat tahapan :
a. Tahap
Sensori Motor (0 -2 tahun)
Intelegensi sensori motor dipandang sebagai
intelegensi praktis (practical
intelegence) yaitu berbuat terhadap lingkungan sebelum ia mampu berpikir
mengenai apa yang ia perbuat. Belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan
secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang
sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
b. Tahap
pra-operasional (2-7 tahun)
Menguasai
secara sempurna tentang objek permanent. Muncul kemampuan baru yaitu representation atau mental represatation. Kemampuan ini mendasari kemampuan objek
permanen. Muncul watak egosentris.
c.
|
Tahap kongkret-operasional (7-11 tahun)
Kemampuan berpikir intuitif (berdasarkan ilham)
terus berkembang.
Muncul
kemampuan baru yaitu satuan langkah berpikir (system of operation), yang berguna untuk mengkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa
tertentu dalam sistem pikirannya sendiri.
Sistem operasi kognitif
itu meliputi:
1) Konservasi/pengekalan
(conservation). Memahami aspek
kumulatif (volume dan jumlah) dan kuantitatif materi. Anak memahami bahwa aspek kuantitatif materi tidak akan berubah
secara sembarangan, hanya karena perubahan tempat dimana benda itu berada atau
hanya karena adanya proses gerakan tertentu saja.
2) Penambahan
golongan benda (Addition of classes).
Kemampuan mengenaliadanya superordinat
dan subordinate dari suatu benda. Misalnya: mawar dan melati termasuk golongan bunga. Atau dalam
golongan bunga ada mawar dan melati.
3) Pelipatgandaan
golongan benda (multiplication of classes).
Kemampuan
mempertahankan dimensi tertentu dari suatu benda untuk dijadikan dasar
pengelompokkan. Atau sebaliknya memisahkan suatu benda berdasarkan suatu ciri
atau dimensi tertentu. Dengan kata lain, sudah mampu mengelompokkan suatu benda
dengan berdasarkan kategori tertentu.
Catatan
: Pada usia ini sifat egosentris mulai berkurang, anak baru bisa berpikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret saja
d. Tahap
formal-operasional (11-15 tahun)
Anak
sudah menjelang remaja. Ada jenis perkembangan kemampuan kognitif penting pada
tahap ini, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan secara simultan (serentak)
maupun secara berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu: kapasitas
menggunakan hipotesis; dan kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
2.
|
Karakteristik
Motorik
Pada usia sekolah
dasar kemampuan motorik telah berkembang dengan baik. Keadaan fisik telah
tumbuh secara proposional. Demikian juga dengan kemampuan geraknya sudah baik,
bisa mengkoordinasi atau mengontrol gerak dan keseimbangan anggota badannya.
Bukan gerak motorik yang terjadi secara instinktif seperti pada masa fase
sebelumnya.
Pada usia ini juga
anak sudah bisa duduk dengan tenang untuk mengikuti suatu aktivitas dalam
rentang waktu tertentu. Karateristik lainnya adalah anak suka
untuk melakukan aktivitas jasmaniah untuk eksplorasi pengalaman baru.
3.
Karakteristik
Kemampuan Bahasa
Kemampuan bahasa
sudah berkembang. Sudah bisa menggunakan
bahasa untuk menyampaikan gagasan atau pikirannya. Apabila menemukan kata yang tidak
dimengertinya, siswa akan bertanya. Oleh karena itu, orang dewasa termasuk guru
di sekolah akan mendapat banyak pertanyaan dari anak. Yang terkadang pertanyaan
itu tidak mudah untuk dijawab. Dalam pengertian harus dipikirkan secara baik,
bagaimana penjelasan atau jawaban sebaiknya disampaikan agar bisa sejalan
dengan kemampuan kognitif anak, sehingga jawaban bisa dimengerti oleh anak
4.
Karakteristik
Sosial-Moral/Emosional
a.
Menurut
Piaget
Berikut
teori tiga tahap perkembangan moral menurut Piaget
Usia
|
Tahap
|
Ciri Khas
|
||
4-7 tahun
7-10 tahun
11 tahun ke atas.
|
Realisme
moral
(pra-operasional)
Masa
transisi (Konkret Operasional)
Otonomi moral, realisme,
dan resiprositas (formal operasional)
|
1. Memusatkan pada akibat-
akibat perbuatan.
2. Aturan-aturan tak berubah
3. Hukuman atas
pelanggaran
besifat otomatis
Perubahan secara bertahap ke pemilikian moral tahap
kedua.
1. Mempertimbangkan tujuan-
tujuan perilaku moral
2.Menyadari bahwa aturan moral
adalah tradisi yang dapat
berubah.
|
b.
Menurut
Kholberg
Menurut Kohlberg, ada tiga tingkat perkembangan
moral individu yang masing-masing tingkat memiliki dua tahap perkembangan, yaitu moralitas tahap prakonvensional,
konvensional, dan pascakonvensional. Pada usia sekolah dasar ada pada tingkat I
dan II dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Tahap
|
Tahap
|
Konsep Moral
|
||
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
|
Moralitas prakonsensional
(usia 4-10 tahun)
Tahap I: memperhatikan ketaatan dan hukum
Tahap 2 : memperhatikan pemuasan kebutuhan.
Moralitas konvensional (10-13 tahun)
Tahap 3:
Memperhatikan citra “anak
baik”.
Tahap 4:
Memperhatikan hukum dan
peraturan
Moralitas
pascakonvensio-nal (usia 13 tahun ke atas).
Tahap
5: memperhatian hak perseorangan
Tahap 6; memperhatikan prinsip-prinsip etika.
|
1. Anak menentukan
keburukan
perilaku berdasarkan hukuman
akibat keburukan perilaku
tersebut.
2. Perilaku baik dari hukuman.
Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa
mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
1. Anak dan remaja
berperilaku
sesuai dengan aturan dan
patokan moral agar memperoleh
persetujuan orang dewasa,
bukan untuk menghindari
hukuman.
2. Perbuatan baik dan buruk
dinilai
berdasarkan tujuannya. Jadi
kesadaran terhadap perlunya
aturan.
1. Anak dan remaja memiliki
sikap
pasti terhadap wewenang dan
aturan.
2. Hukum harus ditaati oleh
semua
orang.
1. Remaja dan dewasa
mengganti
perilaku baik
dengan hak pribadi
sesuai dengan
aturan dan
patokan sosial.
2. Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika diperlukan untuk hal-hal
yang paling baik.
3. Pelanggaran hukum dan aturan
dapat terjadi karena hal-hal tertetntu.
1. Keputusan mengenai perilaku-perilaku sosial
didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari hukum
universal yang selaras dengan kepentingan umum dan kebaikan orang lain.
2. keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai
tetap melekat, meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat
untuk mengekal aturan sosial.
|
c.
|
Menurut
Bandura
Bandura
memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas
stimulus (S-R bond), melainkan juga
akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri.
Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi
melalui proses peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui
penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespon suatu
stimulus tertentu. Siswa juga mempelajari respon-respon baru dengan cara
pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang
tuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap
proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan
(conditioning) dan peniruan (imitiation). Dalam conditioning, reward dan punishment serta adanya standar moral
adalah konsep dasar yang sangat penting.
D.
|
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan
Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses
perkembangan individu, ialah: faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature),
faktor Lingkungan
(environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan
(nurture) dan faktor waktu (time) yaitu saat-saat tibanya masa peka
atau kematangan (maturation).
Ketiga faktor dominan itu dalam proses berlangsungnya perkembangan individu
berperan secara aktif, yang dapat dijelaskan secara fungsional atau regresional
dengan formula-formula P = f (H, E, T).
Formula ini dipergunakan untuk menjelaskan seberapa besar bobot
(weight) kontribusi dan bagaimana arahnya (positif atau negatif) dari setiap faktor
dominan (H = heredity /nurture, E= environment/lingkungan, dan T = time/maturation/kematangan) tersebut
terhadap perkembangan perilaku dan pribadi (P) seseorang.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan individu adalah perubahan
budaya. Karena perkembangan individu itu dibentuk untuk menyesuaian diri dengan
standar-standar budaya dan segala hal yang ideal, maka perubahan-perubahan
dalam standar tersebut akan mempengaruhi pola perkembangan. Misalnya, di masa
lalu standar pola perilaku anak laki-laki dalam banyak hal sangat berbeda dari
standar perilaku yang dianggap tepat untuk anak perempuan. Orang tua dan guru
mengetahui bahwa mereka diharapkan membentuk perilaku anak-anak agar sesuai
dengan standar yang berlaku. Sekarang ini, adanya beberapa orang dewasa yang
lebih menyukai peran seks yang tradisional dan orang-orang lain lebih menyukai
persamaan peran seks. Orang tua dan guru sering kali tidak tahu pola budaya
mana yang dipakai sebagai standar.
|
Kalau orang-orang dewasa menentukan bahwa gaya hidup santai, dan ceria
lebih bermanfaat ketimbang sekedar menumpuk uang dan apabila nilai budaya
seperti ini dapat diterima oleh kelompok sosial golongan mereka, maka gaya
hidup demikian dengan jelas mempengatuhi pola perkembangan minat dan perilaku
anak-anak mereka sepanjang kehidupannya. Anak-anak yang dibesarkan dalam
keluarga dengan satu orang tua, akan belajar menyesuaikan dengan standar
perilaku yang dapat diterima secara budaya bagi keluarga dengan satu orang tua.
Standar keluarga dengan satu orang tua dalam banyak hal berbeda dengan standar
dari keluarga dengan dua orang tua.
Walaupun sebagian
besar perkembangan itu akan terjadi karena kematangan dan pengalaman-pengalaman
dari lingkungan, masih banyak yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan
seoptimal mungkin. Ini dapat dilakukan dengan merangsang perkembangan yang
secara langsung mendorong individu untuk mempergunakan kemampuan yang terdapat
dalam proses pengembangannya. Rangsangan ternyata paling efektif pada saat
suatu kemampuan sedang berkembang secara normal, sekalipun di setiap saat juga
penting.
Acara pendidikan di
televisi berhasil merangsang minat baca anak-anak prasekolah. Akibatnya,
anak-anak yang secara teratur mengikuti acara ini lebih cepat belajar membaca
ketimbang mereka yang tidak menontonnya dan di tingkat usia mana pun kemampuan
membaca mereka lebih unggul.
Semakin sering
orang tua berbicara dengan anak-anak yang menjelang usia sekolah, semakin
cepat anak-anak ini belajar berbicara
dan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara. Sama halnya,
rangsangan terhadap otot-otot selama tahun-tahun pertama menyebabkan kemampuan
koordinasi motorik terjadi lebih cepat dan lebih baik.
Penelitian terhadap
usia lanjut mengungkapkan bahwa rangsangan dapat membantu mencegah kemunduran
fisik dan mental. Mereka secara fisik dan mental tetap aktif pada usia tua tidak terlampau menunjukkan
kemunduran fisik dan mental dibanding dengan mereka yang menganut „filsafat
kursi goyang“ terhadap masalah usia tua dan menjadi tidak aktif karena
kemampuan-kemampuan fisik dan mental mereka sedikit sekali memperoleh
rangsangan.
E.
|
Hukum-hukum
(Principles) Perkembangan dan Implikasinya bagi Pendidikan
Prinsip
perkembangan itu di antaranya adalah
bahwa semua individu itu berbeda. Seperti yang ditekankan oleh
Dobzhansky (Hurlock, 1980: 7) bahwa setiap orang secara biologis dan genetis
benar-benar berbeda satu dari yang lainnya, bahkan dalam kasus bayi kembar.
Terbukti bahwa perbedaan-perbedaan itu semakin bertambah, bukannya mengurang,
semenjak anak-anak beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan akhirnya ke
usia lanjut. Selanjutnya Neugarten (Hurlock, 1980: 7) menjelaskan bahwa orang
dewasa tidak saja jauh lebih kompleks daripada anak-anak, tetapi juga mereka
juga lebih berbeda antara satu dari yang lainnya, dan perbedaan ini semakin
meningkat dengan beralihnya mereka dari usia muda ke usia lanjut.
Prinsip
perkembangan selanjutnya adalah bahwa setiap tahapan perkembangan mempunyai
pola perilaku yang khusus. Pola-pola itu ditandai dengan periode equilibrium dan disequilibrium. Periode equilibrium
ditandai apabila individu dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan dan akhirnya berhasil mengadakan penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial yang baik. Adapun periode disequilibrium
ditandai apabila individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian yang
mengakibatkan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial menjadi buruk.
Selanjutnya Abin Syamsuddin (2005) menjelaskan beberapa prinsip atau hukum
perkembangan dan implikasinya dalam pendidikan sebagai berikut ini.
Prinsip/Hukum
|
Implikasi
|
||
a. Perkembangan dipengaruhi
oleh faktor-faktor pembawaan,
lingkungan dan kematangan.
|
a.
Pengembangan (penyusunan, pemilihan, penggunaan)
materi, strategi, metodologi, sumber,
evaluasi belajar-mengajar hendaknya mem-perhatikan ketiga faktor
tersebut.
|
||
b. Proses perkembangan itu
berlangsung secara bertahap
(progresif, sistematik, ber-
kesinambungan.
|
b.
Program (kurikulum) belajar-mengajar disusun secara
bertahap dan berjenjang:
1)
dari sederhana menuju kompleks;
2)
dari mudah menuju sukar;
3)
sistem belajar-mengajar di-organisasikan agar
terlak-sananya prinsip:
(a) mastery learning (belajar
tuntas).
(b) continuous progress (maju berkelanjutan).
|
||
c. Bahagian-bahagian dari
fungsi-fungsi organisme mempunyai garis perkembangan dan tingkat kematangan
masing-masing. Meskipun demikian, sebagai kesatuan organis dalam prosesnya
terdapat korelasi dan bahkan kompensatoris antara yang satu dengan yang
lainnya.
|
c. Sampai
batas tertentu, program dan strategi belajar-mengajar seyogianya dalam
bentuk:
1)
correlated, curriculum, atau
2) broadfields, atau
3) subject
matter oriented, (sampai batas
tertentu pula).
|
||
d.
Terdapat variasi dalam tempo dan irama perkembangan antar-individual dan
kelom-pok tertentu (menurut latar belakang jenis, geografis dan kultural).
|
d. Program dan strategi
belajar-mengajar, sampai batas tertentu, seyogianya diorganisasikan agar
memungkin-kan belajar secara individual di samping secara kelompok (misalnva
dengan sistem pengajaran Modul atau SPM).
|
||
e. Proses perkembangan itu pada taraf awalnya lebih bersifat diferensiasi
dan pada akhirnya lebih bersifat integrasi antarbahagian dan fungsi
organisme.
|
e. Program dan strategi belajar-mengajar seyogianya: diorga-nisasikan
agar memungkinkan proses yang bersifat
1) deduktif - induktif
2) analisis -
sintesis
3) global - spefisik – global.
|
||
f. Dalam batas-batas masa peka, perkembangan dapat diper-cepat atau
diperlambat oleh kondisi lingkungan.
|
f. Program dan strategi belajar-mengajar seyogianya dikem-bangkan dan
diorganisasikan agar merangsang, memper-cepat, dan menghindari ekses
memperlambat laju perkem-bangan anak didik.
|
||
g. Laju perkembangan anak
berlangsung lebih pesat pada periode kanak-kanak dari periode-periode
berikutnya.
|
g. Lingkungan hidup dan pen-didikan kana-kanak (TK)
amat penting untuk memperkaya pengalaman dan mempercepat laju
perkembangannya.
|
BAB III
SIMPULAN
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman
dan bersifat kualitatif artinya bahwa perkembangan bukan sekedar perubahan
ukuran fisik, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak stuktur dan fungsi yang kompleks.
Empat
kriteria perubahan yang dikategorikan sebagai perkembangan : (1) permanen, (2) kualitatif, (3) progresif
(4) universal.
Fase
perkembangan peserta didik pendidikan dasar dibagi berdasarkan 4
karakteristik, yaitu : (1) Karakteristik
Kognitif, (2) Karakteristik Motorik,
(3) Karakteristik Kemampuan Bahasa, (4) Karakteristik
Sosial-Moral/Emosional.
a. Piaget
membedakan perkembangan kognitif manusia atas empat tahapan : (1) Sensori Motor
(0 -2 tahun), (2) pra-operasional (2-7 tahun), (3) kongkret-operasional (7-11
tahun), (4) formal-operasional (11-15 tahun).
b. Kholberg
membagi perkembangan moral individu menjadi tiga tingkat yang masing-masing
tingkat memiliki dua tahap perkembangan,
yaitu moralitas tahap prakonvensional, konvensional, dan
pascakonvensional.
c. Bandura
mengemukakan perlunya pendekatan teori belajar sosial terhadap proses
perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan (conditioning) dan peniruan (imitiation). Dalam conditioning, reward dan punishment serta adanya standar moral
adalah konsep dasar yang sangat penting.
|
|
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA
Hurloch, Elizabeth.
(1980). Developmental Psychology. New York:
Mc.Graw-Hill, Inc.
Ihsan,
F. H. (1996). Dasar-dasar Kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Peterson, Candida.
(1996). Looking Forward Throught The Lifespan: Developmental
Psychology.
Sydney, Australia: Prentice Hall
Syamsuddin Makmun,
Abin. (2005). Psikologi Kependidikan.
Bandung: Rosda Karya
|
||||
|
No comments:
Post a Comment